WAR OF GODS
(1st Novel Project)
Genre: Fantasy, Friendly, Actions, Adventure
Disclaimer by Me
BAB
I
PROLOGUE
Dahulu
kala, sebelum dunia diciptakan, hanya kehampaan yang memenuhi ruang. Semua
berputar dan berpusat pada ruangan yang tidak berpenghuni. Ruang itu adalah
milik Tuhan, dialah yang mengatur segala yang berada di ruangan tersebut, meski
kosong. Suatu hari, Tuhan menciptakan 3 orang malaikat, kemudian kepada
masing-masing malaikat tersebut diberikan-Nya lah nama, Mellekith, Avrora, dan
Azrael. Tuhan memerintahkan mereka setelah diberikan kepada mereka kuasa
dari-Nya untuk menciptakan dunia di dalam sebuah pohon. Maka bertanyalah
Mellekith.
“Wahai
Tuhanku, pencipta yang membawaku kepada kehampaan ini, seperti apakah dunia
yang engkau kehendaki?”
Tuhan
mengalihkan pertanyaan Mellekith pada Azrael dan Avrora, bertanya pada keduanya
apakah ada diantaranya yang mengetahui maksud Tuhan mereka. Tetapi Arael dan
Avrora sama sekali tidak memahaminya. Maka Tuhan mengangkat tangan kanannya
lalu seberkas cahaya keluar dari sana, dan saat itulah hari pertama cahaya
diciptakan. Ketiga malaikat Tuhan tidak mengetahui benda apa yang berada di
tangan tuhannya, lalu cahaya itu berpendar dan terbagi-bagi menjadi 7 buah bola
raksasa yang sama terangnya. Dan berkatalah Tuhan.
“ciptakanlah
dunia yang aku kehendaki, tanamlah benih Yggdrasil di kehampaan ini, lalu dia
akan tumbuh menjadi akar, batang, dan daun dunia-dunia. Hubungkan dunia-dunia
itu dari sebuah aliran sungai yang menghidupinya, dan kemudian akan aku berikan
nyawa yang berbeda-beda kepada setiap dunia.”
Mellekith,
Avrora, dan Azrael menatap Tuhannya, kemudian bertanyalah lagi Avrora.
“seberapa
banyakkah dunia-dunia yang engkau kehendaki wahai tuhanku?”
“buatlah
dunia sebanyak cahaya yang aku ciptakan.”
Maka
setelah perintah Tuhan diberikan pada ketiga malaikat itu, mereka pergi
bersama-sama ke pusat kekosongan, di tangan Mellekith telah digenggam benih
Yggdrasil. Avrora meletakkan benih itu di tengah kehampaan, kemudian Azrael
memohon doa kepada Tuhan untuk menumbuhkan benih Yggdrasil. Maka setelah itu,
benih tersebut bergerak-gerak, kemudian cahaya yang sangat terang keluar dari benih itu
dan dalam pengaruh waktu di kekosongan itu,
benih tersebut segera tumbuh menjadi pohon raksasa yang sangat besar dan
mengisi hampir seluruh kehampaan.
Setelah
benih Yggdrasil berubah menjadi pohon Yggdrasil, maka berpencarlah Mellekith,
Azrael, dan Avrora pada setiap bagian pohon itu. Mellekith terbang dan berdiri
di akar-akar Yggdrasil yang besar dan menjuntai, di sana, ia menciptakan
Jotunheim, dunia yang dipenuhi oleh es. Dunia yang diciptakan oleh Mellekith
adalah tempat untuk membuang nyawa-nyawa yang hendak diciptakan tuhan jika
mereka menentang Tuhan. Azrael hinggap di batang raksasa Yggdrasil, di sana,
dia menciptakan 3 dunia, yaitu Alfheim, Elven Garde, dan Maleficfheim. Ketiga
dunia itu dipenuhi oleh hiasan indah dan pernak-pernik yang berkilauan dari
emas, ruby, berlian, dan sumber daya yang melimpah. Avrora mengepakkan sayapnya
dan terbang ke puncak Yggdrasil, di puncak itu, Avrora menciptakan 3 dunia,
yaitu Avantheim, Midgard, dan Elkia.
Kemudian,
setelah ke-7 dunia itu diciptakan atas perintah Tuhan, maka tuhan dari
singgasananya mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, ia bermaksud
menciptakan nyawa-nyawa dari ketiadaan untuk mengisi dunia yang sedang kosong
itu. Dari tangan Tuhan, diciptakanlah 7 jenis nyawa yang berbeda dengan
kemampuan yang telah dikehendaki oleh tuhan dan akan menghuni masing-masing
dunia yang telah di ciptakan sebelumnya. Namun sebelum itu, tuhan telah
menciptakan bentuk energy yang special dan dapat digunakan dan dimanipulasi
oleh nyawa-nyawa yang hendak diciptakannya nanti. Energy itu kemudian disebut
dengan Mana. Lebih lanjut, Mana adalah
sebuah bentuk energy dari alam yang menyatu dengan setiap roh makhluk hidup.
Mana berada di mana-mana, dan ke-7 ras yang diciptakan mampu memanipulasi mana
yang tersedia di sekliling mereka untuk kepentingan mereka sendiri.
Pertama-tama,
Tuhan menciptakan nyawa dari daun-daun Yggdrasil, kemudian dibentuklah Elf. Ras
pertama yang diciptakan adalah Elf yang diberkati oleh tuhan untuk menghuni
Elven Garde. Elf memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari Mana dan digunakan untuk
membuat pujian kepada Tuhan. Setelah itu, Tuhan mengambil tanah dari Jotunheim
yang keras dan berbatu. Dari tanah itu Tuhan menciptakan ras Beast. Beast
diberkahi kekuatan fisik yang luarbiasa oleh Tuhan, dan itulah bentuk Mana yang
mereka miliki. Beast diberikan oleh tuhan dunia bernama Maleficfheim. Setelah
itu, Tuhan mengambil kulit dari batang pohon Yggdrasil, ia kembali membuat
nyawa dari kulit batang pohon tersebut dan menciptakan ras Wizard. Ras Wizard
memiliki kekuatan hebat jika berurusan dengan Mana, dan tuhan memberikan mereka
tempat di Elkia. Lagi, tuhan kini mengambil angin yang berhembus diantara
dedaunan Yggdrasil, kemudian dari angin tersebut tuhan menciptakan para
Humanoid, ras yang merupakan bentuk teratas dengan kekuatan yang kuat untuk
memanipulasi berbagai macam bentuk. Ras humanoid diberikan tanah bernama
Midgard. Selain itu, Tuhan juga mengambil awan-awan yang bergantungan di langit
Midgard, kemudian dari awan-awan tersebut Tuhan membentuk para ras malaikat
yang diberkahi sayap yang berkilauan, tetapi tidak dapat menerbangi ruang
diluar jangkauan langit mereka, dan makhluk itu diberikan-nyalah Avantheim.
Ketika ras ke-5 selesai di buat oleh Tuhan, Mellekith, Avrora, dan Azrael tiba
di hadapan-Nya, kemudian bertanyalah Azrael.
“wahai
Tuhanku, mengapa engkau menciptakan nyawa-nyawa ini?”
“aku
menciptakan mereka karena alasan yang tidak kau ketahui.”
Ketiga
malikat itu terdiam di hadapan tuhan mereka. Kemudian, tanpa sengaja Mellekith
mengintip masa depan dari 7 dunia yang mereka ciptakan. Raut ketakutan
menghiasi wajah jelita Mellekith, iapun menatap lagi tuhannya dan bertanya.
“wahai
Tuhanku, bukankah menciptakan nyawa-nyawa ini adalah sumber dari bencana?
Mereka akan berperang demi kekuasaan dan kekuatan, maka hendaklah enkau wahai
tuhanku menimang lagi untuk menciptakan nyawa-nyawa itu”
Maka
murkalah tuhan kepada Mellekith, seketika rantai-rantai neraka mencengkeram
tubuh mellekith sampai ke ujung rambutnya, lalu berkatalah Tuhan.
“wahai
Mellekith, siapakah yang menciptakanmu? Dan siapakah yang telah engkau ingkari
rencana-Nya?”
“mohon
berikanlah hambamu pengampunan wahai tuhanku, berkatilah aku dijalan yang
engkau rencanakan”
Rantai-rantai
neraka itu melepaskan mellekith, dan tuhan mengampuninya. Ketiga malaikat itu
kemudian duduk bersipuh di hadapan sang tuhan dan melihat-Nya menciptakan
makhluk-makhluk berikutnya.
Setelah
makhluk ke-5 diciptakan, tuhan mengambil air dari sungai Neil, sungai yang
menghubungkan ke-7 dunia dalam Yggdrasil lalu oleh-Nya ia menciptakan Valkirie,
makhluk yang mampu memanggil kekuatan lain untuk membantunya. Valkirie
diberikan dunia bernama Alfheim. Dan nyawa terakhir yang diciptakan oleh Tuhan,
adalah Manusia. Manusia tidak diberkati kekuatan sihir oleh Tuhan, tetapi
mereka diberikan keistimewaan untuk memilih dan merajut pengalaman untuk terus
belajar dan memerintah daerah kekuasaan mereka, sehingga ke-6 ras lainnya
tunduk terhadap peraturan yang mereka buat. Manusia tidak diberikan dunia
sendiri, tetapi mereka berada di ke-6 dunia dan tersebar. Tuhan merasakan bahwa keberadaan ke-7 ras tersebut
tidaklah seimbang, maka ia menciptakan makhluk lain selain mereka, yaitu
berbagai makhluk yang berada di sekeliling ras-ras itu, hewan, tumbuhan, dan
sebagainya.
Setelah
Tuhan selesai menciptakanke-7 nyawa tersebut, maka mereka dilemparkan ke
dunia-dunia yang telah diciptakan sebelumnya. Sejak saat itu, Manusia membuat
peraturan yang dipatuhi oleh seluruh Ras yang ada di ke-7 dunia itu, dan
semuanya menjadi damai. Tetapi damai itu tidaklah bertahan sesuai perkiraan
Mellekith, Azrael, dan Avrora.
Salah
satu ras memulai perang, menganggap diri mereka adalah nyawa yang paling mulia
diantara yang lain dan merendahkan nyawa yang seharusnya menjadi sekutu mereka.
Maka mereka memakai karunia Tuhan (mana) untuk melakukan hal yang menuai
kehancuran dan bencana. Ras itu menghancurkan segalanya, saling membunuh, dan
kemudian berperang. Ketujuh dunia terluka dan krisis akibat peperangan. Setelah
itu, nyawa-nyawa yang lain pula mulai saling memusuhi satu sama lain diantara
mereka, dan perang yang berkecamuk semakin menyiksa dunia-dunia, bahkan
Yggdrasil memohon kepada tuhan untuk menghentikan perang itu.
Mellekith
menangis tersedu-sedu di hadapan Tuhan, ia melihat perang yang mengerikan itu
dari lubang pohon Yggdrasil dan mengadukannya pada tuhan, lalu Tuhan berkata.
“Mellekith,
Avrora, Azrael, turunlah kamu semua ke atas dunia yang telah Aku kehendaki,
kemudian carilah diantara mereka orang-orang bijak yang akan menentramkan
perang. Berkati kepada mereka kekuatan yang sejajar dengan kehancuran perang
itu”
Ketiga
malaikat itu mengepakkan sayap mereka kemudian turun ke dunia-dunia yang tengah
berperang itu. Ketika mereka melewati Alfheim, air mata Mellekith berubah
menjadi darah. Di bawah sana, tidak ada yang bertahan layaknya penciptaan
mereka pada mulanya, tanah yang dulunya berkilauan kini gosong oleh api dan
kesengsaraan, bebungaan yang berwarna-warni tidak lagi menyisakan satu kuncup
pun.
Akhirnya,
mereka sampai di ujung perang. Ke-7 ras yang tengah berperang itu menyadari
kehadiran Mellekith, Azrael, dan Avrora. Ras pertama yang mengacungkan senjata
kepada mereka, adalah Manusia, dan merekalah ras yang memulai perang pada awalnya.
Jadi Mellekith menyampaikan murka kepada mereka. Setelah itu, Mellekith,
Azrael, dan Avrora menunjuk perwakila dari ketujuh ras, dan perang itupun
dihentikan. Setelah perang itu berakhir, maka mereka yang telah kecanduan oleh
perang itu dibuang ke Jotunheim, dan di sanalah mereka menemukan kesengsaraan
akibat perang yang mereka akibatkan.
20
Agustus tahun 774 (waktu manusia), Alfheim.
Tangan-tangan
keriput seorang kakek menutup buku tebal yang baru saja dibacanya, kacamatanya
sedikit ia benarkan. Buku setebal kira-kira 300 halaman itu dia letakkan di
atas meja. Sekelilingnya dipenuhi oleh rak-rak lebar nan tinggi yang diisi oleh
buku di setiap ruasnya. Sebuah meja persegi panjang dengan ukuran sepanjang 2
meter berdiri tegak sebagai tempat baginya meletakkan buku-buku yang telah
dibacanya, kursi-kursi kayu dengan ukiran indah mengelilingi meja tersebut
sebanyak 4 buah. Tak jauh dari buku tebal yang baru saja diletakkannya,
bertumpuk pula bku-buku lain yang tebalnya serupa. Suara kursi yang digeser terdengar,
berikutnya adalah suara tawa kecil seorang anak. Dari kolong meja di depan
kursi di hadapan kakek tua itu, muncul seorang anak lelaki. Kakek tua itu agak
tersentak, namun mengulum senyum kemudian. Kacamatanya ia perbaiki lagi.
“kemarilah,
Yui. Apa kau senang mendengar cerita itu?”
Anak
kecil itu berlari kecil mengelilingi meja panjang itu lalu berdiri di dekat
sang kakek. Anak itu mengangguk sambil tersenyum. Rambutnya acak-acakan,
wajahnya sangat polos namun terlihat begitu manis dan bulat. Matanya berhiaskan
iris caramel yang senada dengan warna rambutnya. Sang kakek mengelus pelan
surai anak itu sambil tersenyum.
“kakek,
bisakah kakek membacakannya lagi?”
“haa?
Bukankah kau sudah mendengarnya sebanyak 4 kali hari ini? apakah tidak ada buku
lain yang Yui inginkan ketika di perpustakaan selain buku itu?”
Anak
berumur 8 tahun itu mengerucutkan bibirnya tanda sebal, itu kemudian mengundang
tawa sang kakek yang malah menambah ekspresi masam anak bernama Yui itu.
“baiklah,
baiklah. Tapi sebelum itu, maukah kau mencari Huse? Mungkin dia sedang membaca
di suatu tempat dan ketiduran”
“ah,
kakak ya? Baiklah, akan kucarikan. Tapi setelah itu, kakek harus membacakan
cerita itu lagi ya”
“haha…,
baiklah, kau dan Huse akan mendengarnya bersama-sama”
“tentu”
Yui
meninggalkan kakeknya. Ia berjalan cepat mengelilingi setiap rak buku yang
berdiri tegap dalam ruangan tersebut untuk menemukan Huse, saudaranya. Yui
hafal semua sudut dan letak setiap rak di dalam perpustakaan ini, itu karena
kakeknya sudah mengajaknya ke sini sejak ia berumur 5 tahun, selain itu Yui
juga menghafal banyak judul buku melegenda yang tersusun di rak-rak itu,
termasuk buku yang baru saja habis dibacakan oleh kakeknya yang berjudul “Hari
Penciptaan Dunia”, buku istimewa yang sangat di senanginya .
Setelah
berjalan sekitar lebih 5 menit, Yui akhirnya menemukan sosok yang dicarinya.
Seorang anak lelaki sedang tertidur pulas diatas sejumlah tumpukan buku tebal.
Yui tertawa kecil, itulah Huse. Huse adalah kakak Yui yang berumur 2 tahun
lebih tua darinya. Huse selalu mencari buku-buku yang menurutnya menarik, lalu
ketika dia sudah sangat tunduk untuk membacanya dan terlarut, dia akan tertidur
bersama buku-buku itu di dekatnya. Yui mendekati kakaknya itu, sebuah buku
tebal di dekat Huse diambil oleh Yui, kemudian dengan sepasang tangan kecil
nakal itu, buku tebal tersebut dibuka kemudian ditutup dengan sangat kasar
sehingga menyebabkan bunyi yang cukup keras dan Huse terbangun dengan sangat
tidak elit. Yui tertawa melihat kakaknya sekarang. Rambutnya berantakan,
setetes iler menggantung di sudut bibirnya, dan pandangannya sayu seperti
seorang pekerja yang begadang.
“haha…,
kakak, kau terlihat jelek.”
Huse
masih belum sadar sepenuhnya dari tidur nyenyaknya bahkan setelah mendengar
suara buku tersebut. Beberapa fraksi detik kemudian, semua nyawanya terkumpul
dan kesadarannya kembali. Wajah Huse memerah ketika menyadari Yui tengah
menertawainya. Selalu seperti ini.
“Yui,
sudah kukatakan untuk tidak membangunkanku”
“haha…,
tapi kakek memanggil kita”
“heeh?”
“ya,
karena itu, kita harus kembali ke ruang baca sekarang”
“um,
baiklah. Kau duluan saja”
“hmm…,
tapi kakak harus berjanji untuk tidak tertidur lagi”
“baiklah,
aku berjanji”
Yui
melangkah meninggalkan sang kakak dan menuju tempat di mana sang kakek menunggunya
untuk cerita yang ingin di dengarnya, sementara Huse merapikan buku-buku yang
tadi dibacanya, sebelum sang penjaga perpustakaan kembali dan memarahinya. Yui
bersenandung ria dalam langkahnya, senyum bahagia terpatri di bibirnya,
pikirannya melayang pada kisah yang selalu di dengarnya. Buku yang dikaguminya
itu pertama kali dibacakan oleh kakeknya beberapa bulan lalu, ketika musim semi
di Alfheim. Mereka membaca buku itu di bawah pohon Claire yang sedang
memekarkan bunganya di batang pohonnya, bersama beberapa ekor Forrest Pixy dan
binatang-binatang kecil. Yui tertarik mengenai peciptaan dunia dan juga perang
yang berkecamuk itu. Tetapi hal yang membuatnya sangat menyukai buku tersebut,
adalah Yggdrasil. Dalam buku itu, Yggdrasil dikatakan menopang 7 dunia, tetapi
yang ada di kenyataan adalah 7 benua dengan nama yang sama dengan di kisah
tersebut. Jotunheim adalah kota penjara terbesar bagi orang-orang penyulut
perang ribuan tahun lalu, tapi, konon katanya orang-orang yang dipenjara itu
belum mati hingga sekarang. Hal itu dikarenakan, waktu di Jotunheim tidak
berjalan, jadi orang-orang itu menderita untuk selamanya tanpa ada jalan
keluar.
Sebuah
beban tersampir dipunggungnya, membuat Yui kehilangan keseimbangan akibat beban
tersebut dan terjatuh. Matanya melirik ke belakang, Huse mengalungkan lengannya
di leher Yui dengan senyum yang manis. Beban itu, Huse, tidak segera menyingkir
dari tubuh Yui yang notabane lebih kecil darinya bahkan setelah Yui memintanya
untuk berdiri.
“kakak…,
kau berat!”
“Yui,
kau harus bisa mengangkat tubuhku jika kau ingin kuat!”
“siapa
yang bilang begitu?”
“kakek
mengatakannya”
“heeh…?
Kakek tidak pernah mengatakan itu!?”
“tapi
kau tetap harus menggendongku untuk membawaku sampai di tempat kakek”
“heeh…?”
Seseorang
membersihkan tenggorokannya, perhatian Yui dan Huse teralihkan pada orang itu.
Di sebelah mereka, berdiri pada sisi rak yang tinggi, penjaga perpustakaan,
Gillian, salah satu Grand Elf di Alfheim, dia juga adalah pemilik perpustakaan
ini. Gillian adalah orang yang tidak suka keributan, menegur bukanlah
keinginannya karena dia sangat menghormati ketenangan. Tetapi hal itu tidak
berlaku untuk Huse dan Yui. Gillian beberapa kali ingin memberikan hukuman pada
mereka karena menjadi terlalu brisik di perpustakaan, tetapi beberapa kali pula
ia urungkan ketika mengingat sosok kakek Yui adalah sahabatnya.
“Yui,
Huse…, bisakah kalian bermain di tempat lain?”
“e-eeh…,
ba-baiklah, tuan Gillian, maafkan kami”
Cepat-cepat
huse menyingkir dari tubuh adiknya, berdiri tanpa membersihkan pakaiannya yang
mungkin kotor karena debu dan segera berlari ke tempat kakeknya berada, begitu
pula Yui. Mendengar ceramah dari seorang Grand Elf dapat menyita waktu dan
mana, karena itu, menyingkir adalah hal yang terbaik untuk dilakukan.
Yui
dan Huse berdiri sambil bernapas dengan terengah-engah ketika sampai di hadapan
sang kakek. Kakek mereka hanya menatap kedua kakak beradik itu dalam diam. Yui
dan Huse segera menarik masing-masing kursi ketika merasakan napas mereka mulai
teratur dan detak jantung yang sudah mulai melambat. Keduanya duduk
berdampingan menghadap sang kakek.
“apa
kalian bertemu tuan Gillian lagi?”
“um.
Dan setiap hari dia terlihat lebih menakutkan”
“AKU
MENDENGAR ITU, ANAK MUDA!!!”
Suara
Gillian yang muncul dari rak-rak buku itu mengejutkan kedua kakak beradik itu,
tubuh mereka merinding karena terkejut. Kakek mereka tertawa kecil.
“haha…,
kalian tangan terus menyusahkan tuan Gillian. Apa kalian mau diubah menjadi
sebuah sampul atau pembatas buku?”
“tidak
kakek, aku tidak mau!!”
“aku
juga…”
“yasudah,
yang penting kalian berjanji untuk tidak mengulanginya lagi”
“um.
Kalau begitu, sekarang kakek harus menceritakan cerita itu lagi ya”
“baiklah,
jika Yui menginginkan itu”
Kakek
itu meraih buku tebal yang sudah selesai dibacanya beberapa menit yang lalu.
Tangan-tangan keriputnya kembali membuka buku tersebut di halaman sekian di
mana terdapat kisah yang juga baru saja selesai di bacanya. Huse memperhatikan
lagi sampul buku tersebut, tangannya ia letakkan di sisi meja, menunjukkan
jemarinya yang lentik, badannya sedikit ia condongkan.
“kakek,
apa kita akan mendengar cerita itu lagi?”
“heeh?
Memangnya kenapa?”
“duh,
Yui, apa kau tidak bosan mendengar kisah itu?”
“tidak
sama sekali. Bukankah itu bagus?”
“hh…,
baiklah. Ah, kakek, adakah yang memimpin ke-7 ras saat ini?”
“Huse,
kau mengganggu kakek”
“diamlah
Yui.”
Kakeknya
mengambil pose berpikir menanggapi pertanyaan Huse. Matanya sedikit ia
pejamkan, lalu beberapa fraksi detik kemudian ia memasang wajah yang serius.
“tentu
saja ada.”
“whoa…,
siapa itu?”
Yui
mengerucutkan bibirnya tanda tidak suka diacuhkan. Sebaliknya, Huse malah lebih
bersemangat.
“mereka
adalah perwakilan yang ditunjuk dari ke-7 Ras. Sejak berakhirnya perang, mereka
bertujuh membuat kesepakatan perdamaian atas nama Tuhan dan memutuskan tali
perang diantaranya.”
“apakah
mereka punya kekuatan yang besar?”
“tentu
saja. Mereka dikenal karena keagungan dan kebijaksanaan mereka. Orang-orang
memanggil mereka The Great Guardians. Kekuasaan mereka meliputi seluruh negeri,
dan dengan kekuasaan itu, mereka membuat hukum dan peraturan yang mengatur
batas-batas daerah dan hak juga kewajiban setiap ras. Hukum itu kemudian
dikenal dengan Hukum Teritori.”
“aku
ingin menemui mereka. Apakah mereka tinggal di sini?”
“haha…,
tidak, Huse, mereka tinggal di menara surga Avantheim, tempat yang sangat
sacral untuk dikunjungi oleh rakyat biasa seperti kita”
“sayang
sekali…”
Sang
kakek melirik jam yang tergantung di dinding pada ujung ruangan tersebut, jam
yang menunjukkan waktu sekarang berdasarkan gerakan Uriel. Alfheim adalah benua
yang indah, di sini, cahaya Uriel menyinari hampir seluruh sisi benua. Uriel
adalah sinar yang datang dari sesuatu di balik langit dunia, itu bersinar
ketika pagi datang, dan menghilang saat malam. Ketika fajar, cahaya Uriel berwarna
kuning keemasan, perak di saat siang, dan juga menjadi kecokelatan ketika sore
hari. Ketika malam, dunia menjadi gelap dan hanya disinari oleh Diabolus.
Diabolus adalah cahaya diantara kegelapan, meski tidak seterang Uriel, tetapi
cahaya Diabolus sangat indah, terutama ketika cahayanya terpantul diatas sungai
Neil dan membuat daerah di sekitarnya berkilauan.
“ah,
Yui, Huse, saatnya pulang. Nenek kalian pasti sudah membuatkan makan malam.”
“haaa??
Tapi kan kakek belum membacakan cerita itu lagi?”
“haha…,
tenanglah Yui, kita masih bisa kemari besok. Tuan Gillian tidak akan menutup
perpustakaan ini”
“hmm…,
baiklah.”
Uriel
bergerak lamban kea rah Barat Alfheim, pada batas yang menghalau hutan Grace
yang membatasi Alfheim dengan Elven Garde dan
langsung beraliran dengan sungai Neil. Sore yang kecokelatan, langit Alfheim
terlihat begitu indah berhiaskan panggung oranye kecokelatan dan beberapa
gumpal awan yang berubah warna mengikut warna langit. Bukit-bukit yang dibalut
rerumputan di tanah lapang Alfheim terlihat bersinar di ujungnya.
Yui,
Huse, dan kakek mereka tiba di rumah. Rumah mereka tidak terlalu besar, di
sekelilingnya terdapat tanaman-tanaman hias yang bermekaran. Rumah itu seperti
bukit yang bersinar, hanya saja dengan atap berwarna biru dan juga dinding kayu
berwarna caramel. Yui dengan riang memasuki rumah tersebut dari pintu depan,
menyusul dirinya Huse dan juga sang kakek. Di dalam sana sudah duduk menetap
dengan tenang seorang wanita paruh baya dengan semangkuk sup di tangannya yang
sudah dipenuhi keriput.
“Nenek
makan sendiri lagi!”
Sang
nenek tersenyum menatap Yui ketika anak itu melancarkan protes kepadanya.
“bukan
seperti itu, nenek hanya melupakannya”
“tuh,
kan, alasan yang sama lagi”
“sudah,
sudah. Apa Yui tidak lapar marah-marah terus?”
“ayolah
Yui…”
Sedikit
mendengus kesal, Yui mengikuti langkah kakaknya menuju meja makan. Yui tahu
bahwa neneknya selalu seperti itu, meskipun diperingati beberapa kali. Jadilah
sang nenek membagikan sup pada tiap-tiap mangkuk yang sudah tersedia diatas
meja sebelumnya. Meja itu cukup besar, 6 buah kursi mengelilinginya, tapi hanya
ada 4 kursi yang ditempati. Yui tidak pernah melihat ayah dan ibunya, itulah
kenapa dia begitu penasaran kenapa mereka harus menyediakan 2 buah kursi lain
sementara tidak ada orang lain lagi yang ada di sana.
“kakek,
apakah ibu dan ayah akan pulang?”
Kakeknya
tersenyum. Yui menanyakan hal itu setiap kali dia menatap kedua kursi di meja
makan. Sama seperti dia ingin mendengar buku yang disukainya dibacakan berulang
kali, Yui juga sangat sering menanyakan hal tersebut karena dia begitu
penasaran, sementara sang kakek hanya akan menjawab.
“Yui
tenang saja, ibu dan ayah akan segera pulang”
“kapan?”
“entahlah…,
siapa yang tahu? Tapi, jika Yui
bersikap baik, maka ayah dan ibu Yui akan pulang cepat.”
“haha!!
Baiklah, kalau begitu aku akan bersikap baik mulai sekarang! Aku tidak akan
kalah dari kakak!”
“Yui,
kau anak yang manis!”
Huse
menggigit sendoknya sendiri, tak tahan saat melihat adiknya tersenyum 5 jari
dengan senang. Ini semacam bro-con.
Malam
menghampiri Alfheim, langit di atas sana sungguh akan terlihat sangat gelap
jika saja tidak ada Diabolus. Cahaya keperakan Diabolus dipantulkan oleh semua
benda yang ada di Alfheim, membuat semuanya terlihat berkilauan. Alfheim adalah
benua yang terletak di tengah Yggdrasil, dia berbatasan dengan Avantheim,
Midgard, dan Elkia di Selatan, Elven Garde di Barat. Maleficheim di Timur, dan
Jotunheim yang jauh di Utara. Padang rumput dan alang-alang di Alfheim dipenuhi
oleh mana, sehingga setiap cahaya Diabolus selalu dipantulkan dan menyebabkan
cahaya berbias seperti permata. Alfheim
adalah negeri makmur yang disebari oleh beragam ras, namun dominannya dikuasai
oleh ras Valkirie.
“ne, kakak…, ceritakan lagi
tentang ayah dan ibu”
Rerumputan
bergoyang tertiup angina semilir, memberikan kesan seperti ombak cahaya ketika
secara bersamaan rumput-rumput itu memancarkan cahaya Diabolus. 2 orang anak
terbaring bersama di atas tanah yang beralaskan karpet hijau itu, Yui dan Huse.
Setiap malam, sebelum tidur keduanya selalu datang ke tempat itu, padang rumput
hijau yang cukup luas, terletak di belakang bukit rumah mereka.
“hh…,
baiklah”
Yui
selalu meminta hal yang sama ketika mereka sedang berdua di tempat itu,
permintaan untuk menceritakan tentang ayah dan ibu mereka. Huse sebenarnya
ingin menghentikan itu, tapi Yui selalu ingin mendengarnya, jadi Huse berpikir
itu akan adil karena Yui tidak pernah bertemu ayah atau ibunya sebelumnya.
“ayah
adalah orang yang keren dan hebat. Dia juga tampan seperti aku”
“kakak
selalu menjadi narsis ketika membicarakan ayah!”
“sudah,
jangan protes!”
“hehe,
baiklah, baiklah…’
“ayah
selalu bersikap baik dan mengutamakan kepentingan orang lain. Dia juga kuat.
Dan ibu, adalah wanita paling cantik di dunia. Dia sangat mirip dengan Yui”
“tapi
ibu pasti terlihat sangat manis kan?”
“tentu
saja, sama seperti Yui”
Mereka
kemudian tertawa bersama di atas rerumputan itu, membiarkan Diabolus melihat
tawa mereka yang riang itu. Huse memeluk Yui, dia sangat menyayangi Yui dan selalu
ingin melindungi Yui. Sosok adiknya itu
menjadi satu-satunya harta paling berharga baginya. Karena itu, ia telah
berusaha menjadi figura orang tua bagi Yui. Kapanpun dan dimanapun.
“aku
akan selalu melindungimu, Yui. Aku berjanji, sampai kau bertemu lagi dengan
ayah dan ibu”
“hmm…”
Yui
menggeleng pelan di dalam dekapan kakaknya, lalu meregangkan sedikit pelukan
itu, melihat kepada mata sang kakak.
“kita
pasti akan bertemu ibu dan ayah. Itu pasti!”
“yah,
kau benar”
Mereka
meringkuk di atas karpet hijau itu, cukup lama hingga manik caramel Huse
menangkap sesuatu yang melayang di udara,
tepat di atasnya. Itu adalah sehelai bulu,
melayang-layang turun di atas kepala Huse. Huse meregangkan pelukannya pada
Yui, memperbaiki posisi mereka dan membiarkan bulu tersebut hinggap di
tanggannya. Huse menatap helaian bulu itu dalam bingung. Itu seperti bulu
seekor burung, tetapi terasa lebih halus dan wangi.
“Flugel…”
Huse
mengalihkan pandangannya pada Yui ketika dia bergumam sesuatu.
“apa?”
“Flugel.
Itu bulu dari sayap Flugel. Mereka mempunyai bau yang sangat wangi dan khas dari bulu-bulu mereka. Itu karena
kekuatan mereka yang besar, sehingga mana yang ada dalam tubuh mereka membuat
bau tubuh mereka tercium sangat wangi.”
“heeh…,
kau belajar banyak dari buku-buku di perpustakaan tuan Gillian ya”
“kakak
hanya terlalu malas membacanya. Padahal semua buku di sana sangat menarik”
“baiklah,
baiklah. Tapi…, kira-kira kenapa bulu Flugel dapat hinggap kemari? Jarak
Alfheim dan Avantheim sangat jauh.”
-
Flugel adalah ras yang
menempati Avantheim. Mereka diberkahi sayap seperli malaikat dan dapat terbang
dengan bebas namun memiliki batas ketinggian di atas awan. Flugel memiliki
energy mana (sihir) paling kuat dari ke-7 ras yang ada, hal itu membuat mereka
mendapat keistimewaan lebih, seperti bau wangi di tubuh dan sayap mereka.
-
Avantheim adalah
benua yang ditempati oleh Flugel. Jaraknya sangatlah jauh dengan Alfheim, butuh
berminggu-minggu untuk bisa sampai dari Alfheim ke Avantheim menggunakan
karavan. Meskipun para Elf dan makhluk lainnya bisa menggunakan teleportasi
untuk berpindah tempat, namun akan diperlukan banyak sekali Mana untuk merapal
satu mantra.
Huse
Nampak berpikir keras menemukan alasan kenapa bulu Flugel itu dapat terdampar
di bukit halaman mereka, tetapi sebelum kepalanya mampu menemukan jawaban itu,
sesuatu terjadi. Tanah berguncang di sekitar mereka, sesuatu jatuh dengan keras
ke tanah. Dari kecepatannya, mungkin tanah itu akan tercipta kawah. Debu
bertebaran, tanah hancur. Yui dan Huse segera beranjak dari tempat mereka, lalu
dari kumpulan debu itu kembali lagi melesat sesuatu. tubuhnya terkepul debu
ketika ia melesat terbang, namun pada ketinggian berikutnya, debu-debu itu
menghilang dan menampakkan wujud yang mungkin dapat menjawab pertanyaan Huse.
Seorang
Flugel dengan baju perang ras dan pedang tajam di tangannya terbang ke langit,
kemudian ia menukik dan menghantam sesuatu. Flugel
itu menghantamkan pedangnya pada sesuatu yang besar dan terbang.
Huse dan Yui hanya memperhatikan pertarungan mereka dalam diam, tak mampu
berkata apa-apa.
Flugel
itu mengayunkan pedangnya pada seekor burung raksasa di langit, itu adalah
seekor Phoenix, binatang buas yang sangat sulit di kendalikan. Dari atas
Phoenix tersebut terlihat seorang yang menungganginya, dia pastilah seorang
Valkirie. Pedang Flugel itu berkilatan di langit, memantulkan cahaya Diabolus
yang berwarna keperangan di langit malam. Sayap-sayap phoenix itu juga tidaklah
kalah menyilaukannya. Seperti Uriel di malam hari, membara seperti api-api yang
berkobar. Untuk beberapa fraksi detik, langit malam itu menjadi sangat terang
oleh mana.
“kakak,
ada apa ini? apa yang dilakukan Flugel dan Valkirie itu?”
“tenanglah
Yui, untuk sekarang, kita kembali dulu ke rumah dan memperingati kakek dan
nenek. Kita harus menjauh dari sini, kekuatan Flugel dan Valkirie bisa membelah
gunung menjadi 2.”
Huse
menuntun Yui mengikutinya menuju rumah, mereka berlari sekuat tenaga agar dapat
menghindari pertarungan itu. Ketika rumah mereka sudah terlihat tidak jauh,
senyum merekah di bibir Yui dan Huse. Tetapi tidak lama. Seberkas cahaya
tiba-tiba melesat cepat dari belakang mereka, cahaya putih dan menyilaukan itu
melewati rumah mereka, kemudian dari rumah itu terciptalah ledakan dahsyat yang
menyebabkan gelombang udara dan menghempaskan Yui dan Huse beberapa meter. Huse
menatap tidak percaya apa yang dilihatnya. Cahaya itu menghancurkan rumah
mereka dengan kakek dan neneknya berada di dalam sana.
“kakak…,
apa…ini…??”
“Yui…”
“apa
yang terjadi?!!”
Mata
Yui meneteskan air bening, dia menangis. Huse masih berusaha menemukan
tanda-tanda kehidupan di sana, namun nihil. Kobaran api di sana terlalu besar,
mustahil ada orang yang bisa selamat dari itu. Berkasan cahaya tadi adalah
mana, karakteristik Flugel. Huse memeluk Yui, ia kemudian kembali menatap ke
langit, pertarungan itu berhenti, dan langit kembali menjadi gelap dan tenang.
“ada
apa ini? kenapa Flugel ada di Alfheim? Kenapa kakek dan nenek….”
“tenanglah…,
Yui. Kita akan mencoba mencari mereka.”
Huse
berusaha menenangkan Yui, fakta bahwa mereka telah menjadi yatim piyatu dan
sebatang kara membuatnya sesak. Ia ingin tahu alasan kenapa ada Flugel dan
Valkirie yang bertarung di langit Alfheim? Di saat itu juga, muncul seseorang
dari belakang mereka. Berdiri dengan
angkuh dan tatapan yang menunjukkan belas kasihan saat menatap kedua bocah itu.
“Huse,
Yui…”
Itu
suara yang mereka kenali di manapun. Yui menghentikan tangisnya dan menengok ke
belakang, sementara Huse masih mengamati kobaran api itu dalam diam.
“tuan
Gillian…”
“maaf karena aku terlambat. Aku berusaha mencegah mereka
bertarung, tapi kurasa waktu yang kupunya tidak cukup.”
“nah,
tuan Gillian…, apa yang dilakukan Flugel dan Valkirie itu di atas sana?”
Huse
menatap Gillian dengan mata berkaca-kaca. Beberapa meter dari tempatnya terduduk,
rumahnya sedang terbakar hebat. Kedua orang yang sudah bersusah payah
membesarkannya kini sudah tiada. Seperti ayah dan ibunya. Huse tidak tahu apa
yang harus dikatakannya pada Yui.
“apa
yang kau pikirkan tentang itu, Huse?”
“bukankah
Hukum territory melarang serangan pada ras lain? Dan penggunaan zirah perang
sudah tidak diizinkan lagi. Tapi kenapa…”
“hmm…,
maafkan aku karena tidak bisa menyelamatkan Rokki dan Imelda, sebagai seorang
teman, aku akan mengambil tanggung jawab atas kalian. Dan meyakinkan mereka
untuk mati dalam damai…”
Tak
ada jawaban, Huse maupun Yui kini menatap sendu kobaran api yang membakar habis
rumah kecil mereka, bersama dengan kakek dan nenek mereka di dalamnya. Huse
mengetahui ada yang salah di sini. Dia ingin mengetahui apa yang terjadi?
Kenapa Flugel dan Valkirie bertarung? Kenapa hidup mereka hancur?
“tuan
Gillian…, aku ingin menjadi kuat”
“hmm?”
“aku
ingin menjadi kuat untuk melindungi Yui,
aku ingin menjadi lebih kuat untuk mengetahui rahasia dunia ini.”
“jadilah
kuat…, ini hanya sebuah awal. Ada sesuatu yang lebih buruk menunggu di masa depan. Aku tidak
tahu apa itu, tetapi seperti sebuah kehancuran.”
“demi
melindungi Yui, apapun akan kulakukan!”
Malam
itu, Diabolus ikut berduka bersama Huse dan Yui. Huse bertekad untuk mencari
tahu apa yang terjadi, dan dengan begitu, dia akana terus melindungi Yui. Sejak
saat itu, 2 kakak beradik itu tinggal bersama Gillian, dan kehidupan mereka
yang lain dimulai lagi dari awal.
***