KATA PENGANTAR
puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah yahg maha kuasa ,karena rahmat dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah saya mengenai kisah-kisah orang yang bertobat .
manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT bersama segala kesempurnaan yang telah dirahmatkannya kepada kita ,tak lepas dari itu semua ,kita juga telah dikodratkan sebagai khalifah di bumi ini telah menjadi tugas utama bagi kita untuk bersikap sesuai dengan kodrat kita . mungkin kita sebagai manusia telah teranugerahi oleh banyak kelebihan dibanding makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain ,akan tetapi kita harus selalu menyadari bahwa diri kita selalu berada dalam kesenjangan . terkadang hawa nafsu selalu menggoda kita untuk melakukan hal-hal yang melanggar perintahnya ,kemudian satu yang pasti kita lakukan adalah bertobat kepada-Nya atas segala kekhilafan yang selalu kita lakukan agar dosa-dosa yang pernah kita perbuat dapat diampuni oleh Allah SWT . bertobat merupakan hal yang harus selalu kita lafaskan karena kita tak pernah berhenti untuk berbuat salah ,berikut adalah beberapa kisah mengenai orang-orang yang bertaubat dan kembali ke jalan Allah ,semoga dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya .
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Awan Yang Mengikuti Orang Bertaubat
Pendeta Yang Insaf
Allah Maha Pengampun
Malaikat Rahmat Dan Malaikat Adzab
Taubatnya Malik bin Dinar
Taubat Tukang Fitnah
Penutup
Awan yang Mengikuti Orang Bertaubat
Diriwayatkan bahwa seorang tukang jagal (penyembelih binatang)
terpesona kepada budak tetangganya. Suatu saat gadis itu mendapat tugas
menyelesaikan urusan keluarganya di desa lain. Si tukang jagal lalu
mengikutinya dari belakang sampai akhirnya berhasil mendapatkannya. Si
tukang jagal lalu memanggil gadis itu dan mengajaknya menikmati
kesempatan langka dan indah itu. Tetapi gadis itu menjawab, "Jangan
lakukan. Meskipun aku sangat mencintaimu, tetapi aku sangat takut
kepada Allah".
Mendengar jawaban itu, si tukang jagal merasa dunia berputar. Karena
menyesal dan sadar, hatinya gemetar, tenggorokannya kering dan hatinya
semakin berdebar, dia lalu berkata, "Kau takut kepada Allah sedangkan
aku tidak".
Dia pulang sambil bertaubat. Ketika berada di jalan ia diserang rasa
haus dan nyaris mati. Ia kemudian bertemu dengan seorang yang sholeh
dan mereka berjalan bersama. Mereka melihat gumpalan awan berjalan
menaungi mereka berdua, sampai mereka masuk ke sebuah desa. Mereka
berdua yakin bahwa awan itu untuk orang yang sholeh. Kemudian mereka
berpisah di desa tersebut. Awan itu ternyata condong dan terus menaungi
si tukang jagal sampai dia tiba di rumahnya. Orang sholeh tadi heran
melihat kenyataan ini. Dia lalu mengikuti tukang jagal tadi lantas
bertanya kepadanya dan dijawabnya pula di tempat itu. Maka laki-laki
sholeh itu berkata, "Janganlah heran terhadap apa yang kau lihat,
karena orang yang bertaubat kepada Allah itu berada di suatu tempat
yang tak seorang pun berada di situ".
Pendeta yang Insaf
Ibrahim Al Khawas ialah seorang wali Allah yang terkenal keramat dan
dimakbulkan segala doanya oleh Allah. Beliau pernah menceritakan suatu
peristiwa yang pernah dialaminya. Katanya, "Menurut kebiasaanku, aku
keluar menziarahi Makkah tanpa kendaraan dan kafilah. Pada suatu waktu,
tiba-tiba aku tersesat dan kemudian aku bertemu dengan seorang rahib
Nasrani (Pendeta Kristian) ". Ketika dia melihatku dia pun berkata,
"Wahai rahib Muslim, bolehkah aku bersahabat denganmu?".
Ibrahim segera menjawab, "Ya, tidaklah aku akan menghalangi
kehendakmu itu". Maka berjalanlah Ibrahim bersama dengannya selama tiga
hari tanpa meminta makanan sehingga rahib itu menyatakan rasa laparnya
kepadaku, katanya, "Tidaklah aku ingin memberitahukan padamu bahwa aku
telah menderita kelaparan. Karena itu berilah aku sesuatu makanan yang
ada padamu".
Mendengar permintaan rahib itu, lantas Ibrahim pun memohon kepada
Allah dengan berkata, "Wahai Tuhanku, Pemimpinku, Pemerintahku,
janganlah engkau mempermalukan aku di hadapan seteru engkau ini".
Belum selesai Ibrahim berdoa, tiba-tiba turunlah hidangan dari
langit berisi dua keping roti, air minum, daging masak dan tamar. Maka
mereka pun makan dan minum bersama-sama. Sesudah itu aku pun meneruskan
perjalananku. Setelah tiga hari tanpa makanan dan minuman, dikala pagi,
aku pun berkata kepada rahib itu, "Hai rahib Nasrani, berikanlah
kepadaku sesuatu makanan yang ada padamu". Rahib itu menghadap kepada
Allah, tiba-tiba turun hidangan dari langit seperti yang diturunkan
kepadaku dulu".
Sambung Ibrahim lagi, tatkala aku melihat yang demikian itu, maka
aku pun berkata kepada rahib itu "Demi kemuliaan dan ketinggian Allah,
tiadalah aku makan sehingga engkau memberitahukan (hal ini) kepadaku".
Jawab rahib itu, "Hai Ibrahim, tatkala aku bersahabat denganmu, maka
aku mengenal kemuliaanmu, lalu akupun memeluk agama engkau.
Sesungguhnya aku telah membuang-buang masa di dalam kesesatan dan
sekarang aku telah mendekati Allah dan berpegang kepadaNya. Dengan
kemuliaan engkau, tiadalah Allah mempermalukan aku. Maka terjadilah
kejadian yang engkau lihat sekarang ini. Aku telah mengucapkan seperti
ucapanmu (kalimah Syahadah)".
"Maka gembiralah aku setelah mendengar jawaban rahib itu. Kemudian
aku pun meneruskan perjalanan sehingga sampai di Makkah Al Mukarramah.
Setelah kami mengerjakan haji, maka kami tinggal dua tiga hari lagi di
tanah suci itu. Suatu ketika, rahib itu tidak kelihatan olehku, lalu
aku mencarinya di Masjidil Haram, tiba-tiba aku mendapatinya sedang
bersembahyang di sisi Ka’bah". Setelah rahib itu selesai bersembahyang
maka dia pun berkata, "Hai Ibrahim, sesungguhnya sudah dekat
perjumpaanku dengan Allah, maka jagalah olehmu persahabatan dan
persaudaraanku denganmu".
Setelah dia berkata begitu, tiba-tiba dia menghembuskan nafas
terakhirnya. Seterusnya Ibrahim menceritakan, "Maka aku merasa amat
berduka atas kepergiannya. Aku segera mengurus jenazahnya dan
pemakamannya. Ketika tidur aku bermimpi melihat rahib itu dalam keadaan
yang begitu elok sekali tubuhnya, dihiasi dengan pakaian sutera yang
indah". Melihat hal itu, Ibrahim pun terus bertanya, "Bukankah engkau
sahabatku, apakah yang telah dilakukan oleh Allah terhadap engkau?".
Dia menjawab, "Aku berjumpa dengan Allah dengan dosa yang banyak,
tetapi dimaafkan dan diampuniNya semua itu karena aku berprasangka baik
kepadaNya dan Dia menjadikan aku seolah-olah bersahabat dengan engkau
di dunia dan bertetangga dengan engkau di akhirat".
Begitulah persahabatan diantara dua orang yang berpengetahuan dan
beragama sehingga memperoleh hasil yang baik. Walaupun orang tersebut
dulunya beragama lain, tetapi berkat keikhlasan dan pengabdiannya
kepada Allah, dia ditunjukkan pada agama Islam dan bisa mendalami
ajaran-ajarannya".
Allah Maha Pengampun
Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan.
Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu
mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa
supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak
ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan
sampai di suatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau
manusiapun hidup.
Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia seorang
diri, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku
berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan
memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di
sisiku pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah
banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah
lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat
dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmatMu ya Allah".
Terakhir kali pemuda itu berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau
putuskan aku dari rahmatMu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap
sesuatu",. Setelah berkata demikian, matilah pemuda itu.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya, "Pergilah
kamu ke tanah lapang di sana ada seorang waliKu yang telah meninggal.
Mandikan, kafankan dan sembahyangkanlah dia". Setiba di sana Nabi Musa
mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi
Musa berkata, "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau
suruh aku usir dahulu". Allah berfirman, "Benar, Aku kasihan kepadanya
karena rintihan sakitnya dan berjauhan dari keluarganya. Apabila
seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit
dan bumi akan sama menangis karena kasihan kepadanya. Oleh karena itu
bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Dzat Yang Maha
Penyayang di antara penyayang".
Malaikat Rahmat dan Malaikat Adzab
Pada zaman dahulu, ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang.
Dia ingin menjumpai pendeta untuk meminta fatwa supaya dia dapat
bertaubat dari dosanya. Ketika bertemu dengannya, dia pun menerangkan
bahwa dia telah membunuh 99 orang dan bertanya padanya apakah dia masih
mempunyai peluang untuk bertaubat. Pendeta dengan tegas mengatakan dia
tidak bisa bertaubat karena dosanya terlalu banyak. Lelaki itu mejadi
marah dan langsung membunuh pendeta itu, menjadikannya mangsa yang ke
seratus.
Dia masih ingin bertaubat dan terus mencari kalau-kalau ada ulama
yang bisa membantunya. Akhirnya dia berjumpa dengan seorang ulama. Dia
menceritakan bahwa dia telah membunuh seratus orang dan bertanya apakah
Allah masih menerima taubatnya. Ulama itu menerangkan dia masih
mempunyai harapan untuk bertaubat. Seterusnya dia menyuruh lelaki itu
pergi ke sebuah negeri di mana terdapat sekumpulan ‘abid (orang
beribadat). Apabila sampai di sana nanti, ulama itu menyuruhnya tinggal
di sana dan beribadat bersama mereka. Ulama itu melarangnya pulang ke
negeri asalnya yang penuh dengan kemaksiatan.
Lelaki itu mengucapkan terima kasih lalu pergi menuju negeri yang
diterangkan oleh ulama tadi. Baru saja sampai setengah perjalanan, dia
jatuh sakit lalu meninggal dunia.
Ketika itu terjadilah perdebatan antara dua malaikat, yaitu Malaikat
Rahmat dan Malaikat Azab. Malaikat Rahmat ingin membawa roh lelaki itu
ke syurga karena pendapat dia adalah orang tersebut adalah baik
lantaran niatnya untuk bertaubat, sementara Malaikat Azab mengatakan
dia mati dalam keadaan su'ul khatimah karena dia telah membunuh seratus
orang dan masih belum mempunyai amal kebajikan sedikitpun. Mereka
saling berebutan dan tidak dapat memutuskan keadaan lelaki itu.
Allah kemudian mengantar seorang malaikat lain berupa manusia untuk
mengadili perdebatan mereka berdua. Dia menyuruh malaikat itu mengukur
jarak tempat kejadian itu dengan kedua-dua tempat, adakah tempat
kejadian itu lebih dekat dengan tempat kebajikan yang akan dituju atau
lebih dekat dengan tempat asalnya yang buruk?. Sekiranya jaraknya lebih
dekat dengan tempat kebajikan, dia milik Malaikat Rahmat. Sebaliknya
apabila jaraknya lebih dekat dengan tempat asalnya, dia milik Malaikat
Azab. Setelah diukur, didapati jarak ke negeri kebajikan melebihi
ukuran sejengkal saja. Lalu roh lelaki itu terus diambil oleh Malaikat
Rahmat. Lelaki itu akhirnya mendapat pengampunan Allah.
Taubatnya Malik bin Dinar
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, dia pernah ditanya tentang
sebab-sebab dia bertaubat, maka dia berkata: "Aku adalah seorang polisi
dan aku sedang asyik menikmati khamr (arak), kemudian aku beli seorang
budak perempuan dengan harga mahal, maka dia melahirkan seorang anak
perempuan, aku pun menyayanginya. Ketika dia mulai bisa berjalan,
cintaku bertambah padanya. Setiap kali aku meletakkan minuman keras
dihadapanku anak itu datang padaku dan mengambilnya dan menuangkannya
di bajuku, ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia, maka
aku pun sangat sedih atas musibah ini.
Ketika malam dipertengahan bulan Sya’ban pada malam Jum’at, aku
meneguk khamr lalu tidur belum shalat isya'. Dalam tidur itu aku
bermimpi seakan-akan kiamat itu terjadi, dan terompet sangkakala
ditiup, orang mati dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku
berada bersama mereka, kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak
dibelakangku, ketika aku menoleh ke arahnya kulihat ular yang sangat
besar berwarna hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku,
maka aku lari tunggang langgang karena ketakutan, ditengah jalan
kutemui seorang syeikh yang berpakaian putih dengan wangi yang
semerbak, maka aku ucapkan salam atasnya dia pun menjawabnya, dan aku
berkata: "Wahai syeikh, tolong lindungilah aku dari ular ini"!. Maka
syeikh itu menangis dan berkata padaku: "Aku orang yang lemah dan ular
itu lebih kuat dariku dan aku tak mampu mengatasinya, bergegaslah
engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu", maka aku bergegas lari dan
memanjat sebuah tebing Neraka hingga sampai pada ujung tebing itu, aku
lihat kobaran api Neraka yang sangat dahsyat, hampir saja aku terjatuh
kedalamnya karena rasa takutku pada ular itu. Namun pada waktu itu
seorang menjerit memanggil-ku, "Kembalilah engkau karena engkau bukan
penghuni Neraka itu!", aku pun tenang mendengarnya, maka turunlah aku
dari tebing itu dan pulang. Sedang ular yang mengejarku kembali. Aku
datangi syeikh tadi dan aku katakan, "Wahai syeikh, aku mohon kepadamu
agar melindungiku dari ular itu namun engkau tak mampu berbuat
apa-apa". Menangislah syeikh itu seraya berkata, "Aku seorang yang
lemah tetapi pergilah ke gunung itu karena di sana terdapat banyak
simpanan kaum muslimin, kalau engkau punya barang simpanan di sana maka
barang itu akan menolongmu"
Aku melihat ke gunung yang bulat itu yang terbuat dari perak. Di
sana ada setrika yang telah retak dan tirai-tirai yang tergantung yang
setiap lubang cahaya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan di setiap
daun pintu itu mempunyai tirai sutera. Ketika aku lihat gunung itu, aku
langsung lari karena aku menemui ular besar, tatkala ular itu
mendekatiku, para malaikat berteriak: "Angkatlah tirai-tirai itu dan
bukalah pintu-pintunya dan mendakilah kesana!" Mudah-mudahan dia punya
barang titipan di sana yang dapat melindunginya dari musuhnya (ular).
Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu telah dibuka, ada
beberapa anak dengan wajah berseri mengawasiku dari atas. Ular itu
semakin mendekat padaku maka aku kebingungan, berteriaklah anak-anak
itu: "Celakalah kamu sekalian! Cepatlah naik semuanya karena ular besar
itu telah mendekatinya". Maka naiklah mereka dengan serentak, aku lihat
anak perempuanku yang telah meninggal ikut mengawasiku bersama mereka.
Ketika dia melihatku, dia menangis dan berkata: "Ayahku, demi Allah!"
Kemudian dia me-lompat bagaikan anak panah yang dilepaskan, kemudian
dia mengulurkan tangan kirinya pada tangan kananku dan menariknya,
kemudian dia ulurkan tangan kanan-nya ke ular itu, namun binatang
tersebut lari.
Kemudian dia mendudukkanku dan dia duduk di pangkuanku, maka aku
pegang tangan kanannya untuk menghelai jenggotku dan berkata: "Wahai
ayahku! Ingatlah Firman Allah yang berbunyi "Belumlah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka kepada
Allah".(QS. Al Hadid: 16).
Maka aku menangis dan berkata: "Wahai anakku, kalian semua faham
tentang Al Quran", maka dia berkata: "Wahai ayahku, kami lebih tahu
tentang Al Quran darimu", aku berkata: "Ceritakanlah padaku tentang
ular yang ingin membunuhku", dia menjawab: "Itulah pekerjaanmu yang
buruk yang selama ini engkau kerjakan, maka Allah akan memasukkanmu ke
dalam api Neraka", aku berkata: "Ceritakanlah tentang Syeikh yang
berjalan di jalanku itu", dia menjawab: "Wahai ayahku, itulah amal
sholeh yang sedikit hingga tak mampu menolongmu", aku berkata: "Wahai
anakku, apa yang kalian perbuat di gunung itu?", dia menjawab : Kami
adalah anak-anak orang muslimin yang di sini hingga terjadinya kiamat,
kami menunggu kalian hingga datang pada kami kemudian kami memberi
syafa'at kepada kalian". (HR. Muslim dalam shahihnya No. 2635).
Berkata Malik: "Maka akupun takut dan aku tuangkan seluruh minuman
keras itu dan kupecahkan seluruh botol-botol minuman kemudian aku
bertaubat pada Allah, dan inilah cerita tentang taubatku pada Allah".
Taubat Tukang Fitnah
Ada seorang tukang fitnah yang jatuh cinta kepada seorang gadis
tetangganya. Suatu hari, keluarga gadis itu mengutusnya ke kampung lain
untuk suatu keperluan. Mengetahui hal itu si tukang fitnah pun
mengikutinya, lalu melontarkan bujuk rayunya kepada wanita itu.
Gadis itu berkata, "Jangan kau lakukan ini! Sebenarnya cintaku
padamu melebihi cintamu kepada-ku, akan tetapi aku takut kepada Allah
SWT”. Laki-laki itu berkata, "Kau takut pada Allah, sementara aku tidak
takut kepadaNya?" Akhirnya laki-laki itu pulang dengan perasaan penuh
tobat kepada Allah SWT. Dalam per-jalanannya ia didera rasa haus yang
mencekik tenggorokannya. Dalam kondisi kritis itu tiba-tiba dia bertemu
dengan utusan dari seorang nabi Bani Israil dan ditanya, "Mengapa kau
ini?".
"Haus," jawabnya. Utusan itu berkata, "Ke sinilah, kita berdoa
kepada Allah agar awan menaungi kita hingga sampai tujuan". Laki-laki
tukang fitnah itu berkata, "Aku tidak mempunyai amal kebajikan". Utusan
nabi itu berkata, "Aku yang berdoa dan engkau tinggal mengamini".
Berdoalah utusan itu dan si tukang fitnah mengaminkannya. Tidak lama
kemudian datang awan menaungi mereka hingga mereka tiba di kampung
tujuan. Setelah sampai, si tukang fitnah memasuki rumahnya, sedangkan
awan itu mengikutinya. Sebelum utusan itu pulang dia berkata, "Engkau
telah mengaku tidak mempunyai amal kebajikan, padahal ketika aku berdoa
dan engkau mengamin kannya, serta merta awan itu menaungi kita,
kemudian aku mengikutimu agar engkau memberitahuku apa sebenarnya yang
telah terjadi denganmu". Lalu tukang fitnah menceritakan kisahnya
kepada utusan itu. Maka berkatalah utusan nabi itu, "Orang bertobat
kepada Allah mendapat kedudukan yang dimana tidak ada seorangpun
menyamai kedudukannya".
PENUTUP
Itulah beberapa kisah orang-orang yang telah bertaubat dan kembali ke jalan Allah ,sudah sepantasnya kita melakukan hal serupa pada diri kita ,karena kita tau bahwa kitapun selalu melakukan kesalahan semasa hidup kita di dunia ini ,jadi bertobatlah kepada Allah sebagai bekal kita di akhirat nanti ,agar dosa-dosa yang pernah kita perbuat terampuni oleh-Nya .
semoga makalah yang saya buat ini dapat membawa manfaat bagi orang-orang yang membacanya ,kritik dan saran selalu saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini dimassa mendatang .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar