Selasa, 13 Mei 2014

Tittle: Black Story: The Beginning
Summarry: iblis adalah makhluk tuhan yang bertanggung jawab atas pendustaan, kekejian, keserakahan, dan berbagai sifat buruk daripadanya. Tidak memiliki rasa cinta, ataupun kasih sayang. Hanya hawa nafsulah yang selalu menyertainya. Tetapi bagaimana jika seorang iblis memiliki perasaan bak manusia? Cinta pada seorang anak adam? Hal yang membuat putra adam tersebut kesulitan menjalani hidupnya. Bagaimanakah sang putra adam menyelesaikan masalahnya? Iblis itu dipenuhi oleh tipu muslihat, itulah catatan pentingnya.
Genre: Supranatural
Rating: T
Ket:      ###-***          = Author POV
            ###                  = Sebastian POV



















BLACK STORY: THE BEGINNING
###-***
Manusia, malaikat, iblis, dan Tuhan. Komponen yang berdiri dalam sebuah sistem di dalam alam semesta. Tuhan menciptakan segalanya, apapun yang ada di dalam alam semesta ini, Dia mengatur apapun, dan pemilik segalanya, yang maha tinggi. Tuhan menciptakan malaikat, iblis, dan manusia atas kepunyaan-Nya, agar hanya menyembah kepada-Nya. Seorang malaikat oleh tuhan diciptakan dari seberkas cahaya, suci nan putih, berkilau juga indah, ia tak pernah melanggar apapun perintah-Nya, tidak memiliki hawa nafsu pun perasaan. Lalu sebara api diambillah oleh Tuhan kemudian dibentuk-Nyalah sosok seorang iblis, buta akan dunia, perlambangan hawa nafsu dan ketamakan saat ini. Kemudian dari seonggok tanah diciptakan-Nya seorang manusia bernama Adam, oleh tuhan diberikan kesempurnaan kepadanya, otak untuk berpikir, juga hati untuk merasakan hal-hal duniawai.
            Dahulu, sang iblis ialah budak tuhan yang setia, sama seperti para malaikat, ia senantiasa mengagungkan dan meninggikan nama Tuhan sepanjang waktu hingga diapun bermandikan rahmat dan karunia dari tuhan. Ia pulalah yang dijadikan malaikat diantara malaikat, dan memimpin mereka menyebrangi sungai-sungai di syurga.
            Tetapi sungguh, hanya tuhan-lah yang maha tahu, masa depan dan masa lalu, pula rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalamnya, hanya tuhan yang tahu dan menyembunyikannya. Sungguh sebuah peristiwa yang selalu diingat. Pada hari itu, ketamakan menjatuhkan sang iblis dari tahtanya. Ketika tuhan meninggalkan singgasana-Nya, sang iblis menduduki kekeramatan itu, lalu menyombungkan diri dan meninggikan dirinya seolah ialah tuhan yang maha agung. Lalu diapun menghasut malaikat dan makhluk lain demi menjatuhkan tahta tuhan dibawah kuasa ketamakan. Akan tetapi, tuhan mengetahui lebih dari apapun. Dengan murkanya ia mengirim sang iblis ke neraka, kemudian dijerembabkan-Nya sang iblis jauh di dasar neraka itu sampai kulit-kulit dan sayap putih bersih nan cemerlang yang dimilikinya hangus menghitam dilahap api neraka.
            Di dalam kekalahannya, sang iblis meminta penangguhan kepada tuhan. Kendati dirinya ialah nafsu dan ketamakan, pula tak berperasaan, ia bersumpah akan menggoda para anak-anak Adam dan mencari pengikut baginya yang lebih banyak lagi. Karena ia tak ingin sendiri di dalam neraka itu, maka iapun melakukannya. Tuhan memberkatinya, dan sejak saat itu, iblis menjadi musuh manusia, menyesatkan mereka ke dalam jurang neraka dan menyeret kaki mereka ke dalamnya.

###

Hujan kembali mengguyur kota saat itu, langit menjadi lebih kelam dari malam, arak-arakan awan kelam nan pekat menyelimuti langit, membendung cahaya bulan di langit malam. Menitihkan bulir-bulir air yang semakin lama semakin banyak dan deras. Aku berada di dalam kamarku saat petir dan guntur bergemuruh di langit kelam itu, memberikan sedikit kilatan sesaat tentang suasana malam, menerangi sedikit bagian gelap di langit. Melalui jendela kaca yang mulai basah oleh butiran hujan itu, aku mengagumi malam, begitu kelam dan meyeramkan, tapi juga begitu menenangkan. Kuletakkan telapak tanganku di kaca jendela itu, merasakan hawa dingin nan kelam merasuk melalui pori-pori kulitku. Lalu aku bergumam dalam ketidak sadaran.
“Iblis...”
Dan sosok itu muncul, menatapku dari kegelapan malam, merebahkan sepasang sayap kelamnya yang bagaikan malam tiada akhir, mengepaknya dan bergerak perlahan ke arahku. Kaca itu seperti membeku bersama tanganku yang menempel erat pada benda bening itu. Aku ingin pergi jauh dari sana, tapi..., apa yang terjadi? Kaki-kaki ini tidak merespon otakku.
“ayah..., ibu...”
Sedetik kemudian, pandangan kami bertemu, mata itu..., iris semerah darah, perlambangan kesengsaraan, lalu seringai itu, gigi-gigi taring yang tersusun rapi. Tangannya ia rapatka ke kaca itu menutupi tangan kecilku yang mulai membeku dan pucat.
“kau...tidak sendiri, Sebastian Hazael”

###

“GAAAAAHHHH.......!!!!!”
Aku terbangun dari tidurku, mimpi itu lagi. Mimpi yang sama selama seminggu ini, dengan wajah dan kondisi yang sama. Kurasakan peluh mengalir membasahi tubuhku, kepalaku masih berdenyut, pandanganku sedikit kabur. Kupalingkan pandanganku kearah jendela, hujan. Kemudian kupandangi jam dinding yang berdiri di dekat kasur berukuran super king size milikku, jarum pendeknya menunjuk angka 4, dan jarum panjangnya menunjukkan angka 1. Kuputuskan untuk tidak tidur, aku beranjak dari tempat tidurku, mengenakan sweeter terusan dan berjalan keluar kamar.
            Keadaan gelap gulita, ini masih jam 4 pagi, seharusnya Maria sudah bangun. Aku lalu berjalan di lorong-lorong luas rumah raksasa ini, hujan masih belum berhenti di luar sana, begitu pula dengan guntur dan petir yang terus bergemuruh. Kedua kakiku membawaku ke dapur, sepertinya aku haus. Ketika langkahku sudah mendekati ambang pintu besar itu, sebuah suara berbisik ditelingaku.
“aku..., mencintaimu...”
Aku terkejut, suara itu seakan menggema dalam lorong raksasa ini.
“siapa itu!?” seruku.
“aku mencintaimu..., sebastian Hazael”
Suara wanita itu semakin banyak dan berulang-ulang layaknya piringan hitam yang rusak, bergema dalam kegelapan.
“aaaarrrrggghhh...., hentikan...!!!!”
Aku terduduk, kurasakan diriku melemah, lalu pandanganku memudar, hal terakhir yang kulihat samar-samar adalah Roselle, adik kecilku. Berlari ke arahku bersama lampu yang satu per satu menyalah, dan perlahan suaranya menghilang.

###

Aku terbangun lagi, hal pertama yang kuperhatikan adalah langit-langit kamarku. Kuusahakan bangun dari posisi tidurku, terduduk. Pandanganku sedikit kabur, aku lagi-lagi menengok ke luar jendela, hujannya reda. Kembali kulihat jam tua yang berdiri di sisi ranjangku, kali ini jarum pendeknya berada di pukul 5 dan jarum panjangnya bergegas menyusul angka 3.  ‘ini sudah sore’ pikirku. Saat aku hendak beranjak turun dari kasur besar itu, pintu kamarku terbuka perlahan, sedikit terkejut. Di sana, Roselle berdiri bersama Maria di sampingnya yang memegang nampan bermuatan semangkuk soup dan segelas air putih.
Roselle berjalan ke arahku dengan raut wajah khawatir, ia duduk di dekatku di atas ranjang empuk itu. Dia memandangku sebentar sebelum memelukku.
“kakak, apa yang terjadi? Kenapa kakak di sana?” tanyanya polos sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku.
“hn..., aku hanya sedikit pusing saja, maaf ya jadi merepotkanmu” ucapku berusaha menenangkan adik kecilku itu, ia menggeleng dalam pelukku.
“tidak..., aku senang bisa membantu kakak” jawabnya sambil tersenyum memandangku.
“maaf tuan muda Sebastian, kurasa anda harus mengisi peryt anda. Anda belum mengonsumsi apapun semenjak pagi” sahut Maria sambil menyodorkan nampan berisi air dan soup itu.
“aah, trimakasih, Maria”
“ayo kakak, makanlah, agar kau sehat!”
Aku tersenyum, memandang Roselle seperti melihat ibu. Roselle adalah orang yang paling berharga bagiku di dunia ini. Setelah ayah dan ibu meninggalkan kami dengan gunungan harta ini akibat kecelakaan 8 tahun yang lalu, Maria, kepala pelayan keluarga Hazael yang mengasuh kami. Aku telah berjanji di hadapan makam orangtuaku untuk menjaga Roselle.
Berpaling dari wajah Roselle, aku kembali menatap jendela, kelam. Matahari tidak muncul dan menyebarkan cahaya kelabunya sebagai pertanda sore, tetapi arak-arakan awan hitam tebal itu menghalanginya. Aku menatapnya lekat, teringat mimpi di malam-malam itu.

###

Bahkan saat malam datang dan terlihat lebih kelam dari biasanya, suara itu terus menggema di kegelapan, seperti sebuah piringan hitam yang rusak tetapi terus berputar. Ruangan menjadi dingin, membeku seperti suasana di musim dingin di awal Desember, atau pada musim gugur saat dedaunan dengan warna yang lebih kelam berguguran. Aku mengagumi malam dan kegelapan, tetapi seperti apa yang kupikirkan tidaklah sama dengan kenyataan yang ada, bahwa kegelapan itu tidaklah indah, tetapi kegelapan itu..., hitam.
“oi, Sebastian!” sebuah suara mengejutkanku, seorang pria jakung bersurai hitam kelam dengan iris cokelat menatap heran kepadaku.
“o...,ah, tidak.” Ucapku.
“ada apa? Kau bisa menceritakan masalahmu padaku” tanyanya perhatian. Aku menatap manik karamelnya itu, Michael Hongo namanya. Putra bungsu bangsawan Hongo, tampan, cerdas, kaya, ia menjadi incaran banyak gadis. Dia adalah sahabat sekaligus partner bisnis, keluarga Hongo dan Hazael telah memiliki ikatan kerjasama yang kuat sejak dulu.
“aa..., tidak Michael, aku tidak apa-apa, hanya capek saja” jawabku berusaha menenangkannya.
“aku tidak percaya apa yang kau katakan tuan Hazael. Jangan meremehkanku, aku sudah mengenalmu selama 15 tahuh, hal itu cukup untukku menghafal kepribadianmu”
Aku terperanggah, Michael tidak pernah berbicara sepanjang itu kecuali dia tengah menjelaskan rencana bisnis atau menjelaskan materi di kelas.
“hn..., kau ini”
“aku akan ke rumahmu jam 7 malam nanti, bersiaplah untuk interogasi.” Ucap Michael sebelum meninggalkan kelas, aku hanya menghela napas.

###-***

Sekolah itu kini kosong. Perlahan terdengar suara langkah seseorang, menggema melalui ruangan-ruangan yang telah kosong. Langkah yang santai, sendiri, pria itu hanya bereaksi seperti biasa. Hari semakin larut, matahari menarik diri ke ufuk barat, membiarkan sinarnya perlahan menghilang, menyisakan kegelapan. Namun, tak hanya itu. Langit langsung berubah mendung, arak-arakan awan kembali menerjang malam, membawa warna yang lebih pekat dari pada langit. Pria dengan tatapan kosong itu kini berdiri di ambang pintu gerbang besar sekolahnya yang bertuliskan “Qui Dat Lucem-Ex Qua Procedit Teuebris” (Latin: yang membawa cahaya-yang menuntun kegelapan).
“Roselle dan Maria, lama...” ucap pria bermarga Hazael itu sambil menghela napas. Tak lama kemudian, titik-titik hujan mulai turun satu demi satu, lalu kemudian bertambah banyak dan semakin deras turun. Sebastian mendongak, menatap langit yang menitih, kelam dan gelap.
“aku..., mencintaimu...” suara itu terngiang lagi. Sebastian terkejut, wajahnya menggambarkan ketakutan. Ia beringsut, ingin rasanya ia enyah dari tempat itu, tetapi kembali lagi kaki-kakinya tak dapat ia gerakan, membuatnya terpaku dan membeku di posisinya.
“tuhan, kau selalu di sisiku, melindungiku dari apapun yang menggangguku, merangkulku dari..”
“tuhan tidak bersamamu, kamu bersamaku!” sahutan dari suara tersebut memotong puja-pujiab yabg dihanturkan Sebastian, suara itu kembali menggema, butiran-butiran hujan itu seperti mengeluarkan suara yang sama terus menerus.
“siapa kau sebenarnya!?” seru sebastian.
“gelap yang kau kagumi, kelam yang kau cintai, hitam oleh matamu, memenuhi jiwamu. Aku...”
Sebastian terkejut, wajahnya memucat, matanya terbelalak sempurna terpaku pada sebuah sosok yang perlahan terbentuk dari butiran air hujan. Sebastian sudah pasti melihat sosok tersebut jika saja bukan karena suara Roselle yang membuatnya harus berpaling sejenak. Dan saat ia hendak melihat kembali sosok tersebut, ia tak mendapatkannya lagi. Sosok itu menghilang bersama hujan yang terus turun.
“kakak, ayo masuklah! hari semakin larut, kau bisa sakit?” seru Roselle dari dalam mobil, memandang Sebastian dengan tatapan khawatir. Tetapi sebastian masih terpaku pada apa yang barusan disaksikannya, ia mungkin masih akan berada di sana jika saja Maria tidak menghampirinya sambil membawa payung hitam.
“maaf kan atas keterlambatan saya tuan muda” ucapan Maria sukses menyadarkan Sebastian.
“e...ah.., ti-tidak apa-apa” jawab Sebastian masih terkejut lalu ikut bersama Maria ke dalam limosinnya. Sementara Maria, dia hanya menatap tuannya heran.

###

Aku masih terkejut, bahkan saat Roselle berbaring di bahuku, aku masih tidak bisa melupakan hal yang barusan terjadi. Kurasa wajahku masih sepucat tadi. Aku masih tidak bisa melupakan ketika butiran-butiran air itu berkumpul dan menggumpal membentuk sesuatu. Dan suara itu..., bagaimana bisa? Siapa sebenarnya dia?
“kakak, aku ingin bertanya” sahut Roselle sukses menyita perhatianku.
“hmm...? apa itu Roselle sayang?”
“itu..., kenapa setiap kali kakak berhubungan dengan seorang gadis, semuanya selalu berakhir dramatis, dan kakak selalu dibenci?” tanyanya polos. Aku tau cepat atau lambat pertanyaan itu juuga harus ku jawab, tapi untuk saat ini, kurasa jangan dulu. Suatu saat nanti, aku yakin Roselle akan memahaminya. Aku menatap Roselle dengan senyum lembut, lalu memeluknya erat. Dapat kurasakan sedikit tubuhnya bergetar.
“kau ingin mengetahuinya?” tanyaku masih memeluknya. Roselle mengangguk dalam dekapanku. Aku belum menjawabnya, beberapa saat kemudian kulepaskan pelukanku dan memandang matanya, onyx yang sama kelamnya denganku.
“itu karena... aku hanya bisa mencintai Roselle, adik kecilku. Tidak ada gadis manapun di dunia ini yang mampu membuatku berpaling darimu adikku sayang” ucapku sambil tersenyum manis kearahnya. Dapat kusaksikan dirinya terkejut, dalam hati aku berseru menang, tapi mungkin aku terlalu berlebihan.
“hn..., aku tahu sifat kakak. Kau mengerjaiku” setelah mengatakan itu, kamipun tertawa bersama.


###

Jam tua di ruang tengah berdenting 3 kali, kini jarum pendeknya menunjuk angka 7, sementara jarum panjangnya masih mengejar angka 11. Aku duduk manis dia atas sofa ditemani secangkir cappuchino. Aku sedang menunggu Michael. Sesekali aku melirik jam antik itu, rasanya menunggu orang itu sedikit menyesakkan.
Tepat saat jarum pendek menunjuk angka 7 serta jarum panjangnya menetap di angka 12, barulah bel pintu berbunyi.
“ck.., dasar tepat waktu” gerutuku.
Maria segera membuka pintu, benar saja, sesosok makhluk berambut hitam dengan stelan kemeja hitam dan celana jeans telah bertengger di ambang pintu sambil mengirim senyum yang menurutku sangat menggelikan itu.
“masuklah Hongo, apa kau masih akan tetap berada di sana? Di luar sangat dingin” seruku. Dia sepertinya merespon. Michael melangkah mendekatiku, kali ini senyumnya menghilang, kembali ke mode originalnya.
“baiklah, lalu apa yang akan kau tanyakan?” tanyaku sesaat setelah Michael duduk di atas sofa.
“masuklah ke kamarmu, akan kubicarakan di dalam saja agar tidak ada yg meraung mengganggu interogasiku” jawabnya dengan wajah datar.
“ee? Kenapa tidak di sini saja?”
“sudahlah, tidak ada gunanya protes tuan muda Hazael.” Ketusnya masih dengan wajah datarnya.
‘yaampun, kenapa dia malah terlihat semakin kolot?’ gerutuku dalam hati.
Tidak ada pilihan lain, aku dan Michael menuju ke kamarku, mengunci kamar atas perintah bangsawan Hongo itu dan bersiap menjawab pertanyaan interogasinya.
“sebaiknya kau mengaku sekarang, Sebastian Hazael, aku bisa melakukan ini semalaman” ucap Michael sambil menyeringai menatapku.
“kan sudah kubilang kalau aku hanya merasa capek. Kau ini...” jawabku ketus sambil memandang jam dinding di dekat kasurku. Hening mendadak menyerang, tidak ada yang menyerukan suara, aku maupun Michael, kami terdiam. Saat aku hendak menatapnya, tiba-tiba Michael maju, mendorongku hingga terbaring diatas kasur kemudian menindihku. Posisi kami benar-benar dekat, bahkan aku dapat merasakan napas Michael di wajahku.
“o-oi.., Mi-michael, apa yang kau lakukan?” seruku pada karibku itu, dapat kurasakan wajahku memerah dibuatnya, dasar sinting!!
“hn..., wajahmu merah Sebastian” ucap Michael dengan wajah datarnya yang khas.
“bodoh! Memang siapa yang suka pose seperti ini!??”
“hn..., seperti yang kukatakan tadi, aku bisa melakukan ini semalaman jika kau mau. Jadi, ayo katakan yang sebenarnya..., padaku” kali ini Michael sudah keterlaluan, dia mengucapkan semua itu dengan seductive dengan wajahnya yang sangat datar sambil mendekatkannya ke wajahku.
“Michael..., aku sudah bilang!”
Michael menatapku dalam diam, lalu berucap dengan seenak dengkulnya “hn..., bohong” dia kemudian lebih menindihku, ingin rasanya aku mendorong tubuhnya, tapi kenapa dia terasa begitu kuat saat ini? Dan sejak kapan tanganku tidak bisa digerakkan? Dia menahannya?
“hh..., ba-baiklah, akan kukatakan. Tapi lepaskan aku dulu, aku tidak bisa cerita kalau sesak begini.” Dan akhirnya, Michael melepasku.
“hn..., cara seperti itu memang selalu berhasil sejak dulu” ucap Michael dengan senyum kemenangan yang merekah di bibirnya.
akhirnya, aku harus menjelaskan semua itu, di malam-malam dan mimpi. Di kegelapan tanpa cahaya, kelam yang hitam, sepi yang menyedihkan. Semua itu terlihat dan terasa nyata, seperti saat sosok iblis itu mendekatiku dalamk mimpi, atau saat suara-suara itu berbisik dan berngiang di telingaku, dan ketika hujan-hujan itu menetes dan menggumpal. Mengingat semua itu membuatku frustasi dan berpikir bahwa aku ini sudah gila.
“Iblis kah?” ujar Michael penuh keseriusan.
“apakah benar seperti itu?”
“pernahkan kau membaca alkitab injil? Dalam kitab Yehezkiel pasal 28 ayat 22, dijelaskan tentang perwujudan sifat Satan atau iblis, hina dan menjijikkan. Seperti seorang raja Tyrus yang dijatuhkan oleh tuhan dari tahtanya karena ketamakannya. Dan juga, pada kitab Yesaya pasal 14 ayat 12, yang menjelaskan tentang sebuah bintang fajar yang terjatuh. Atau pada alkitab lainnya yang terkait, di dalam perjanjian lama, semua itu menjadi jelas. Tapi tentang perwujudan fisiknya sama sekali tidak diterangkan”
aku merinding, Michael benar-benar serius kali ini.
“kau membuatku takut, Michael”
“kau takut oleh ceritaku?”
“aku takut karena kau berbicara terlalu panjang, apa ini pertanda buruk?”
“hn...”
“aku perlu kejelasan lebih. Tapi kenapa kau begitu tahu banyak tentang iblis ini?” tanyaku penuh selidik.
“keluarga Hongo adalah keluarga yang taat. Aku sering mendengar kisah iblis dari nenek ketika aku masih kecil”
“ea..., aku lupa bagian itu” ucapku sweetdrop.
“baiklah, akan kujelaskan menurut kisah nenek yang masih kuingat. Ketika penciptaan dunia, tuhan menciptakan banyak makhluk dan benda. Iblis yang sekarang bukanlah seperti iblis yang dulu.”
“tidak seperti dulu?”
“iblis ialah malaikat tuhan”
aku terkejut, Malaikat? Bagaimana bisa sesosok malaikat menjadi semengerikan ini?
“iblis saat ini ialah malaikat tuhan yang jatuh (fallen angel). Jatuh karena ketamakannya sehingga ia lupa akan tuhan. Padahal dia telah bermandikan berkat dan dirahmati oleh tuhan, tetapi ia terlalu bernafsu untuk mendekati tuhan. Dengan bangganya ia meninggikan dirinya dan menyamakan derajadnya dengan tuhan. Ia pula yang menghasut malaikat lain dan bermaksud menjatuhkan tahta tuhan kemudian menjadi makhluk pertama di alam yang berbohong. Karena ketamakan mereka, tuhan mengirim mereka ke dalam neraka, tidak ada pengampunan bagi mereka melainkan siksaan yang abadi di dalam neraka hingga hari tuhan tiba” jelas Michael panjang lebar.
“kau tahu banyak soal itu”
“tapi, aku baru mendapat kasus yang seperti ini”
“maksudnya?”
“aku baru tahu seorang iblis dapat menyukai manusia. Bagaimana hal itu bisa terjadi?”
“uum..., aku juga tidak paham” jawabku benar-benar tidak mengerti.
“oh, sebastian. Apa kau punya peristiwa penting ketika kau kecil? Atau hal yang mungkin dapat mengubah hidupmu?” tanya Michael bertubi-tubi.
“soal itu..., kurasa peristiwa kecelakaan orang tuaku. Tapi..., aku menjadi bingung, aku tidak pernah menemukan mayat ibu dan yang lain.”jawabku seraya berpikir.
“hmm..., baiklah”
aku berpikir sejenak, kepalaku berusaha mengingat kembali kilasan kronologis kejadian beberapa tahun lalu. Dan... bingo!
“aku sepertinya masih punya 1”
“apa itu?”
“8 tahun yang lalu, sebelum orang tuaku meninggal dalam kecelakaan tragis itu, sebuah konflik terjadi dalam keluarga Hazael. Hal yang membuat satu keluarga ini meninggalkan gelarnya sebagai ‘Hazael’ dan memutuskan hubungan keluarga”
“dan siapa dia?”
“dia..., pamanku, Jonathan Hazael” jawabku lagi.
“masalah sebesar apa sampai menyebabkan seorang anggota keluarga meninggalkan rumahnya?”
“aku tidak begitu ingat. Tapi..., kakek sempat membahas tentang silsilah keluarga” jawabku.
“dimana dia sekarang, pamanmu?”
“di Perancis. Aku tidak tahu di bagian mana dia bertempat tinggal”
“hh..., aku tidak tau harus seperti apa lagi, aku akan mengajakmu ke suatu tempat besok. Kuharap masalahmu dapat sedikit terjawab”
Semua menjadi tambah membingungkan, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, tapi menceritakan ini pada Michael membuatku merasa sedikit lega.

###-***

Malam beranjak larut, tiada lagi cahaya, tidak ada lagi terang, semua lenyap ditelan oleh kelam malam, gelap dan suram.
“aku..., mencintaimu”
Suara itu menggema di dalam kelamnya malam, berbisik dari hati ke hati, menggoyahkan iman yang takwa, menaklukkan yang taat, dan menyesatkan yang setia. Suara itu..., suara sang iblis.
sosok itu, dengan sayap hitamnya yang gelap bagai malam tiada akhir, berdiri tegap di atas tiang pencakar langit. Pandangannya tertuju pada sebuah kamar yang gelap, bukan, bukan kamarnya, tetapi orang yang tertidur di dalamnya, diatas kasur empuk itu.
“Sebastian...Hazael..., menarik” ucapnya sambil menyeringai, seringaian sang iblis. Sesaat kemudian, terdengar suara kepakan sayap lain datang menghampiri.
“selamat malam, tuan...” ucap makhluk bersayap gagak itu sambil tertunduk memberi salam.
“lama tidak bertemu, Samael”
“ sama-sama tuan. Kulihat, anda masih setia di sini” ucap samael, sosok yang dipanggil tuan itu kembali menyeringai.
“Tuhan itu selalu melihatku...”
Suara tawa kembali menyeruak mengacau kebisuan malam, dan kedua sosok itupun lenyap entah kemana. Bersamaan dengan itu, hujan turun membasahi dunia, dingin.

###

Aku terbangun pagi itu, oleh seberkas cahaya mentari hangat. Aku menengok ke jendela, korden merah marun yang membingkai jendela kamarku tersingkap, membiarkan cahaya matahari pagi berpendar di dalam ruangan ini. Kukucek sedikit mataku, lalu sesaat kemudian aku beranjak dari tempat tidur nyaman nan besar itu, melepaskan piyama dan segera memasuki bathroom untuk melakukan ritual keramat harianku.
setelah menghabiskan waktu 15 menit dengan urusan pribadiku, segera aku berpakaian dan turun ke lantai bawah untuk sarapan dengan Roselle. Aku menuruni anak tangga itu satu per satu, menuju ke ruangan yang telah ditata khusus dimana sejumlah kursi telah disusun rapi mengelilingi sebuah meja panjang. Di salah satu kursi yang tersusun itu, telah duduk adik kecilku, Roselle, bersama Maria yang berdiri di dekatnya, sama seperti pagi-pagi sebelumnya.
Sejak 8 tahun yang lalu, aku selalu sadar, rumah ini menjadi lebin sepi dan terasa lebih luas. Aku bahkan tidak tahu bahwa wajah Roselle ternyata masih sesenang itu.
“oi, kakak, kenapa malah melamun?” teguran Roselle sukses menyadarkanku. Buru-buru aku mengubah mimik, lalu tersenyum manis ke arah Roselle.
“ah..., tidak. Aku hanya tertegun karena kau begitu cantik pagi ini.” Jawabku setengah menggodanya.
“hn..., kakak membuang tenaga untuk bermain-main denganku” ucapnya ketus yang sukses membuatku terpaku. ‘yaampun, sekarang adikku yang manis menjadi lebih mirip bangsawan Hongo itu, tuhan...’ batinku miris.
yah, pagi itu kemudian berlangsung seperti biasa. Ada aku dan Roselle yang menyantap makanan, dan Maria yang menunggu jika saja kami ada kebutuhan mendadak. Sunyi dan sepi. Tidak seperti tadi. Tapi hanya ini yang kami punya.

###


Sore menjelang, aku kini terbaring di atas rerumputan di bawah naungan pepohonan cherry dan kebun anggur. Kebun ini sudah bersama keluarga Hazael semenjak masa perang dunia pertama, terus diturunkan dan dirawat dengan baik oleh penerus keluarga ini. Anggur keluarga Hazael adalah salah satu anggur yang paling lezat.
“menikmati hari liburmu, tuan muda Hazael?” sebuah suara mengintrupsi kegiatanku. Tanpa membuka matapun, aku tahu dia siapa. Si putra bungsu Hongo itu.
“apa kita berangkat sekarang?” tanyaku sambil membuka mata perlahan.
“yups, ayo”
saat matahari semakin condong ke arah barat, aku dan Michael berkendara dengan limosinnya ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan tentang mimpiku, tentang diriku, dan keluargaku. Aku merasa ini semua terhubung, dan bahwa akulah yang menjadi korban semua kegilaan ini -_-. Lagipula, aku sedikit heran, malam ini mimpi itu tidak menghampiri tidurku, meskipun aku masih merasakan suram dan gelap yang menusuk.
Aku masih akan memikirkan itu berlarut-larut jika saja supir Michael tidak segera menghentikan limosinnya, Michael menepuk bahuku sejenak, memberi isyarat bahwa kami harus segera turun. Aku agak terkejut mendapati tempat yang kami kunjungi itu. Sebuah gereja tua yang terletak di pinggiran kota, gereja ini jauh dari hiruk pikuk perkotaan yang ramai, namun begitu bersih dan terawat.
“ini..., ada apa?” tanyaku sambil memandang Michael.
“orang yang ingin kupertemukan denganmu ada di dalam sana” jawabnya. Lalu tanpa basa basi Michael menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam gereja bertuliskan St.Maria tersebut. Michael membuka pintu gereja itu, di hadapan patung Yesus berdiri seorang pastur yang sedang berdoa. Kami melangkah mendekatinya.
“selamat siang, pastur Seraffal” sahut Michael mengusik kekhusyufan sang Pastur dalam doanya. Tetapi pastur itu kemudian berbalik, dari jumlah keriput yang berada di wajahnya, dapat kuperkirakan dia berumur seperti kakek sebelum ia meninggal.
Pastur itu tersenyum “ooh, rupanya kau, anak muda.” Ucapnya ramah lalu melangkah mendekati kami.
“ini, orang yang ingin kupertemukan dengan anda pastur, dia Sebastian Hazael. Sebastian, pastur Seraffal adalah sahabat kakek, aku rasa dia bisa membantumu” ujar Michael mengenalkanku.
Pastur itu mengulurkan tangannya, aku menyambutnya.
“senang bertemu dengan anda, tuan Hazael” ucapnya ramah. Aku hanya tersenyum.
Pastur itu melangkah lalu duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap sang Al Masih, sementara kami masih berdiri. Ia menghela napas sejenak.
“kau..., mencari sebuah kebenaran, iya kan, tuan Hazael?” tanyanya. Aku mengangguk mengiyakan. “aku ingin bertanya. Apakah kau percaya akan keajaiban-Nya?” tanya sang pastur sambil memandangku dengan seulas senyum. Aku terhenyak, Tuhan.
“aku mempercayai Kasih tuhan, sampai dia merebut orang-orang yang mencintaiku tanpa sebuah kejelasan atas kematian mereka” jawabku penuh keseriusan.
lagi-lagi, pastur itu menghela napas. “tuhan kini semakin terlupakan, dan ibis menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Dia benar-benar tinggal di hati manusia”
“iblis?”
“kau tahu kisah tentang iblis dan tuhan?” aku mengangguk mengiyakan. “semenjak kekalahannya dan dibuang ke neraka, iblis melakukan apapun demi menarik budak kepadanya. Di dalam pikirannya adalah menyesatkan manusia dan menyeret mereka ke jurang neraka yang siksaannya diberikan keabadian. Tempat dia bersenang-senang.”
“lalu..., bagaimana denganku?”
“aku pernah menghadapi beberapa orang sepertimu nak, mencoba mencari solusi atas masalah seperti ini. Iblis selalu mengintaimu, dia menginginkanmu”
DEG...
apa yang barusan dikatakan oleh pastur itu benar-benar menohokku, mengingnkanku?
“iblis menggoda mereka, lalu menjadikan mereka salah satu diantara yang disesatkan. Kemudian mereka akan menjual jiwa mereka kepada iblis untuk memenuhi keserakahan duniawi mereka. Tetapi ketika tuhan menyelamatkan mereka dari siksaan dosa dan kesakitan, tidak ada apapun untuk sang iblis. Dan ketika sang iblis tidak mendapatkannya sekarang, ia akan menunggu nanti. Hingga darah itu ada di tangannya dan dimasukkan ke dalam daftar nama budaknya” jelas pastur tersebut panjang lebar.
“berarti..., dugaanku benar” ucap Michael, aku hanya memandangnya heran.
“mudahnya nak, salah satu pendahulumu telah mengikat kontrak dengan seorang iblis, tetapi tuhan menyelamatkannya dari kutukan dosa dan penderitaan sehingga iblis itu menunggu untuk bayaran kontraknya.”
“ta-tapi, bagaimana mungkin? Dia mencintaiku. Bisikan itu, dan mimpi yang selalu kulihat. Apa itu tidaklah nyata? Dan lagi, keanehan yang kualami selama ini, apa itu berhubungan? Maksudku, ketika aku tidak bisa merasakan cinta atau kasih sayang?”
“kau telah mendapat kesialan terbesar dalam hidupmu nak. Jika dia mengatakan hal itu, maka takkan ada jodoh dalam duniamu. Hanya kesepian yang akan menemanimu, dan sang iblis yang dunianya berbeda. Iblis tidak merasakan cinta nak, mereka hanya memiliki hawa nafsu. Kau tidak dapat merasakan perasaan cinta maupun kasih sayang, kau terbelenggu dalam kebingungan dan pertanyaan atas pemicunya. Tetapi kau tidak pernah tau nak”
“lalu bagaimana caraku mengusirnya!?” raungku frustasi.
“dahulu, cara seperti pengorbanan itu cukup ampuh demi membakar kontrak. Tetapi jika masalah seperti itu...” Seraffal membuka alkitabnya dan mengambil sebuah kertas dengan tulisan yang tidak kumengerti. Kuperhatikan wajahnya menyendu saat menatap kertas tersebut. “aku yakin, hanya ketulusan yang mengalahkan sang iblis. Itupun jika kau benar-benar bisa menemukan seseorang yang dapat membuatmu jatuh cinta. Tetapi iblis itu penuh dengan tipu daya. Kontrak belum tentu bisa mengikatnya” sambungnya.
“apa?! Jadi maksudmu, aku harus mengorbankan orang pertama yang membuatku jatuh cinta? Itu mustahil! Aku tidak ingin ada orang yang mati karena hal ini!?”
Pastur tua itu terdiam sejenak.
“iblis itu seperti darah, senantiasa mengalir dalam pembuluhmu, juga seperti napasmu, yang kotor dan meracunimu, pun seperti pikiranmu, yang mengendalikanmu dan bertanggung jawab atas perlakuan buruk darimu. Tetapi tuhan itu seperti jantungmu, memompa dan membersihkan darahmu, atau paru-parumu yang membersihkan napasmu, pula seperti hatimu yang memberikan petunjuk atas otakmu. Iblis tinggal di dalam diri manusia, mereka menyerap apapun yang baik dan menggantinya dengan yang buruk. Kau sudah tidak merasakan cinta, itu artinya dia telah sangat lama berada bersamamu.”
“tunggu dulu, jika dia memang sudah lama bersamaku, kenapa baru sekarang dia menampakkan diri?”
“itu berarti dia menginginkanmu sebelum tuhan mencabut nyawamu” jawab sang pastur penuh keseriusan “pulanglah nak, hari telah semakin larut”
 “apa? Bagaimana bisa kau mengatakannya? Aku ke sini untuk menemukan jawaban!” ujarku lagi.
“temukan silsilah keluargamu yang hilang nak, dia adalah saksi semua yang terjadi. Kembalikan jati dirinya, dan kau akan menemukan titik terang dari ini.”
aku agaknya menjadi lebih tenang karena penjelasannya. Setidaknya aku tau harus kemana.
“nah, jam tua itu sepertinya telah menunjukkan waktu yang semestinya. Ah..., aku harus menghadap tuhan” ucapnya lalu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke depan sang tuhan.
“ayo, Sebastian. Kau sudah menemukan jawabannya.” Sahut Michael bermaksud mengajakku pulang.
“trimakasih, tuan Seraffal” ucapku sebelum memenuhi ajakan Michael dan meninggalkan St.Maria.
Sebelum kami benar-benar keluar dari santa Maria, aku sempat mendengar pastur tua itu menggumamkan sesuatu yang tidak jelas.

###-***

Sebastian dan Michael keluar dari St.Maria, wajah mereka terlihat lega. Tetapi tuhan adalah rahasia, dan dialah yang menyimpan rahasia diantara rahasia, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
“tetaplah mengingat tuhan, Sebastian...”gumam Seraffal, sesaat sebelum Michael dan Sebastian benar-benar lenyap dari pintu St.Maria.
Langit kembali gelap, harusnya saat ini ada berkasan cahaya mentari yang berwarna orange kecoklatan, menerpa pegunungan dan rerumputan, pula tanah-tanah tandus dan rumah-rumah warga. Tetapi kelam datang lebih awal, mencegah mentari merebakkan cahayanya, mengurung hangat dan membiarkan aura dingin menyelimuti tanah ini. Sebastian dan Michael telah berada di tengah perjalanan saat bulir-bulir air hujan turun sedikit demi sedikit membasahi bumi.
“hey..., Michael..., apa, aku benar bisa mengungkap ini? Aku tidak ingin mengecewakan leluhurku. Tapi kehidupanku juga dipertaruhkan, dan aku tidak ingin Roselle sedih melihatku.” Ucap Sebastian sambil menatap keluar jendela kaca limosin yang mulai basah oleh air hujan.
“aah, aku mengerti. Kita akan segera menemukan jawabannya. Lusa kita akan ke Perancis untuk bertemu pamanmu”
Sebastian hanya mengangguk lemas dengan masih memandang keluar sana.
dan tuhan adalah tuhan, rencana yang disusunnya tidaklah seorangpun yang tahu melainkan dia sendiri.
beberapa saat setelah kepergian Michael dan Sebastian, St.Maria diselimuti kegelapan, sungguh gelap dan suram. Sementara itu, didalam gereja tersebut, pastur tua bernama Seraffal itu masih menghadap sang Al Masih, berdoa dalam nama tuhan.
“Seraffal, kau terlalu banyak ikut campur...!”
sebuah suara menggema dalam St.Maria, membuat pastur itu berhenti berdoa, ia kemudian berbalik mencari sosok itu. Tak lama kemudian, sebuah sosok hitam muncul, tak melewati pintu, tetapi melayang. Ia muncul dari udara dingin yang masuk ke dalam gereja tersebut, perlahan turun. Ketika kakinya menapak di atas lantai gereja, telapaknya terbakar, tetapi tak sedikitpun ia bergeming pun menjerit merasakan sakit akibat bara api ya ng membakar kaki-kakinya.
“atas kuasa dan rahmat-Nya, tak seharusnya kau menginjakkan kakimu di dalam rumah-Nya” ucap Seraffal menatap sisnis sosok tersebut.
“apa kau lupa, Seraffal? Dahulu, Dia sangat mencintaiku, melimpahkan rahmat-Nya terhadapku, pula menjadikanku pemimpin diantara kamu. Tetapi kemudian dia mencampakkanku ke dsar neraka dan mencabut semua yang telah diberikannya padaku. Api-api neraka jauh lebih panas daripada ini, rahmat-Nya tidaklah berlaku di tempatku berdiri” geram sosok tersebut.
“kau adalah iblis, keserakahanmulah yang menyebabkan Tuhan membuangmu, kini kau sudah menjadi terlalu kotor untuk berada di rumah-Nya”
sosok yang ternyata adalah sang iblis itu melangkah mendekati Seraffal, sebuah seringaian muncul di sudut bibirnya.
“hanya karena kau di karuniai rahmat-Nya dan dilimpahkan atas kasih sayang-Nya, bukan berarti kau bebas mencampuri urusanku. Ini adalah urusan yang rumit antara aku dengan tuhanmu, budak sepertimu tidaklah diizinkan mencampuri urusan yang menjadi hak tuhanmu. Utusan sepertimu hanya diberkati untuk mengawasi dunia melewati utusan. Aku bisa membawamu beserta tempat ini ke neraka, kemudiaan kuperlihatkanlah kepada tuhanmu, betapa naifnya budak-budaknya” sang iblis tertawa, tetapi begitu menyeramkan di telinga yang mendengarnya.
“Tuhan..., berkatilah dirinya, sesungguhnya dialah yang dirinya sendiri. Iblis ada dalam hati manusia, berikan kepada mereka menurut perbuatannya, dan sesuai dengan kejahatan serta usaha mereka, berikan kepada mereka setelah bekerja menggunakan kedua tangannya, berikan kepada mereka padang pasirnya. Musnahkan mereka dan jangan biarkan mereka sampai bangkit kembali. Atas nama Tuhan, aku mengusirmu, iblis, pergilah dari tempat suci ini!” seru seraffal, tiba-tiba, patung Al-Masih yang berada di belakang Seraffal bersinar terang, bersamaan dengan itu sang iblispun merasakan rasa sakit yang teramat sangat menjalari tubuhnya. Sang iblis menjerit bak disiksa cambuk pula dibakar diatas tungku pembakar yang sangat panas. Tetapi gelap yang menyelimuti St.Maria tidaklah terusir, lalu sedetik kemudian, sang iblis kembali seperti semula. Seperti tidak ada rasa sakit apapun yang pernah menyerangnya.
“sudah kukatakan, Seraffal. Rahmat dan karunia-Nya tidaklah berlaku diatasku berdiri” seringaian kembali muncul di lengkungan bibirnya sang iblis.
“seperti dugaanku”
“dosa para ayah, hanya dapat ditanggung oleh dosa anak-anaknya, dan aku tidak bisa melepaskan apa yang menjadi tujuanku. Tuhan tidak memberikan kuasa lagi atasku, aku memilih hidup atas manusia dan merasakan apa yang mereka rasakan”
“terlalu lama di bumi membuatmu melunak, eh?” ucap Seraffal sambil mempererat pelukannya atas alkitab.
“peranmu sudah berakhir”
BLAAARRR....
seketika ledakan besar tercipta dan menghancurkan St.Maria hingga puing-puing terkecilnya, bahkan meski hujan turun semakin deras, kobaran api-api itu tidaklah mengecil.
###

Kami telah sampai di perbatasan kota dan menyempatkan diri untuk menyeruput secangkir hangat Cappuchino di sebuah restoran di sana. Aku pasti masih menyeruput cappuchino yang kupesan tadi jika tak samar-samar kudengar sebuah dentuman ledakan. Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela, terkejut menghampiriku, sebuah kumpulan asap hitam menyeruak dari sebuah tempat yang barusan kudatangi. Aku berdiri tersentak.
“itu..., jangan-jangan!???!!”
“Seraffal...” desis Michael, matanya menyipit menyaksikan apa yang kulihat.
“Michael, kita harus melihatnya!” ujarku langsung bermaksud menuju limosin. Tetapi kemudian gerakanku terhenti, kulirik pergelangan tangan kananku yang telah sukses digenggam oleh Michael dengan tujuan menghentikanku.
“sudahlah, Sebastian. Seraffal sudah tahu apa yang akan terjadi padanya.” Ucap Michael mencoba menenangkanku.
“tapi hanya dia petunjuk yang kupunya?”
“dia telah memberitahu kita semua yang kita butuhkan. Kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan, lagipula, Seraffal pasti tidak ingin kita kembali ke sana saat ini”
Aku akhirnya berhenti, menatap Michael dan berpikir. Apa yang dikatakannya itu ada benarnya juga. Jadi, kami kembali melanjutkan kegiatan itu, tetapi kali ini dalam diam, dan berduka.

###

Aku merasa sangat sesak sekarang, kejadian kemarin membuatku sedikit terpukul. Padahal aku baru mengenal pendeta tua itu, dan kemudian ia menghilang. Lagipula, terlalu mencurigakan bila ledakan itu hanya diakibatkan oleh tangki pemanas yang meledak. Hal itu tidak mungkin menghancurkaan biara sebesar itu. Aku masih sedikit memikirkannya. Sepulang sekolah aku meminta agar dijemput agak larut, karena cuaca hari ini menjadi lebih cerah dari biasanya, aku berpikir untuk merefresh sedikit pikiranku yang kalut oleh masalahku akhir-akhir ini. Langkah kakiku menuntunku ke sebuah tempat yang sudah begitu lama tidak pernah ku datangi. Yah, aku jalan kaki, sesuatu hal yang begitu jarang dilakukan oleh seorang bangsawan yang kemana-mana selalu dibungkus oleh kemewahan limosin.
sewaktu aku masih kecil, ibu selalu mengajakku ke taman bunga di pinggir kota yang ditumbuhi oleh banyak bunga dan pohon cherry. Aku bermain sepuasnya di sana, bersama ibu tentunya. Tetapi semenjak kematiannya, tempat ini sudah banyak berubah. Jalanan yang dulunya hanya stapak dan dipenuhi tumbuhan dan bebungaan juga toko bunga yang berjejer sangat rapih kini menjelma menjadi sebuah ladang industri dengan banyak bangunan pencakar langit. Hanya dalam 8 tahun, dan semuanya terasa berubah. Aku masih terus berjalan di jalan itu, nama jalan itu Marry Avenue, yah, nama yang cukup aneh untuk sebuah jalan, tetapi kata ibu nama itu diambil dari nama taman yang ada di ujungnya.
Aku berjalan cukup lama sehingga aku tidak sadar bahwa aku telah sampai di tempat yang kutuju. Aku tertegun, tempatnya tidak banyak berubah, syukurlah. Aku mengedarkan pandanganku di sepanjang taman itu. Bebungaan yang masih bertahan, namun dengan warna dan bentuk yang lebih bervariasi dari pada 8 tahun yang lalu. Aku merasa senang. Lalu tiba-tiba pandanganku berhenti pada sosok yang berdiri di tengah taman itu, menggunakan sebuah payung dan menghadap sang mentari yang semakin condong  ke arah barat. Sesuatu dalam hatiku serasa berguncang, seperti ada sesuatu yang bergejolak, mengatakan bahwa ada yang familiar dari sosok itu. Aku mendekatinya, perlahan. Namun sepertinya gagal, dia berbalik dengan wajah terkejut aku yakin. Untuk pertama kalinya aku terkejut melihat kecantikan seperti ini, kulit putih pucat nan mulus bak porcelain, biru sapphire yang menyejukkan di maniknya, dan surai pirang yang begitu berkilau seperti mentari sore ini.
“maaf, tuan?” suaranya bak nyanyian seorang malaikat di surga, baiklah ini sudah berlebihan. Aku hanya ingin mengungkapkan kalau dia berhasil membuatku terpesona.
“ah.., i-iya. Maaf, apakah aku mengganggumu? Nona...”
ia menggeleng kecil, lalu tersenyum padaku.
“ah, sungguh tidak tuan. Aku belum pernah melihat tuan sebelumnya, apakah anda baru ke sini?” tanyanya.
“ah, lebih tepatnya aku baru kembali. Aku pernah ke sini saat aku masih kecil dulu, aku tidak menyangka bahwa tempat ini masih akan terawat” ucapku sambil mengalihkan pandanganku darinya.
“mari, silahkan duduk tuan” tawarnya sambil menunjuk sebuah bangku di bawah pohon cherry di tengah taman itu. Aku menurut dan duduk bersamanya.
“aku tinggal dan merawat taman ini bersama ayahku sejak dulu. Pemerintah berusaha keras membeli lahan ini untuk dijadikan lahan industri, itu terjadi beberapa tahun yang lalu, dan konflik perebutan atas lahan inipun terjadi. Ayahku meninggalkan lahan ini sebagai warisannya, dan aku tidak ingin dia kecewa dari kematiannya” tuturnya menyendu, aku menatapnya intens “eeh.., kenapa aku malah bercerita ini kepada tuan? Maafkan aku” ucapnya salah tingkah.
“ah, ti-tidak. Aku malah senang. Seandainya aku tahu hal itu, aku pasti akan membantumu”
“eeh?”
“nah, bolehkan aku tahu namamu, nona?” tanyaku sambil tersenyum.
“oh, aku sampai lupa” iapun berdiri dari duduknya, membungkuk padaku setelahnya. “nama saya Lucy Fereya, senang mengenal anda tuan” ia kembali duduk di sampingku.
“ah, Lucy. Namaku Sebastian Hazael, senang mengenalmu juga”
kami duduk di sana sampai matahari hampir tenggelam. Aku menatap wajahnya yang mempesona itu. Sungguh, aku sangat terpesona padanya, apakah kini aku mulai..., ah, tidak boleh. Aku tidak bisa mengorbankannya atas kepentinganku. Aku yakin, Lucy punya kehidupan yang lebih baik di dunianya dari pada aku. Tetapi aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku memang terpesona olehnya. Apakah aku..., bisa menjadi normal?
aku berdiri dari bangku itu, membuat Lucy menjadi sedikit terhenyak.
“ah, maaf Lucy, kurasa aku harus kembali. Apakah kau perlu tumpangan ke rumahmu?” tanyaku. Dia menggeleng.
“tidak perlu tuan, aku akan berada disini sedikit lagi. Berhati-hatilah”
aku tersenyum mendengarnya, dia menatapku dengan senyum itu, senyum yang membuatku terpesona. Aku yakin wajahku sangat memerah saat ini.
akupun meninggalkannya di bangku itu, sendiri sambil memandang cakrawala yang mulai menggelap. Aku hanya berlari sampai depan jalan karena Maria dan Roselle berada di sana untuk menjemputku.

###

Sepanjang perjalanan ke rumah, di pikiranku selalu terlintas bayangan gadis itu, Lucy Fereya, dia manis dan cantik. Aku tentulah merasa aneh jika merasa terpesona pada gadis seperti dia. Bukan, bukan karena dia adalah gadis biasa. Tetapi aku, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Dan untuk itulah aku membenci diriku. Keanehan ini..., semua berawal saat semua meninggalkanku. Saat ayah, ibu, dan orang-orang yang mencintaiku pergi, semuanya berawal pada 8 tahun yang lalu.
                                                        **FLASH BACK**

Malam itu, udara terasa dingin, ini bukan bulan Desember dimana suhu menjadi turun beberapa derajad dari suhu normal. Ini bulan July, dan malam yang sangat gaduh menurutku, karena selain suara hujan di luar, di dalam rumah juga dipenuhi oleh suara orang yang sedang berkemas. Ayah, ibu, dan kakek akan pergi ke pesta pernikahan sepupu Jones di Perancis. Keadaan rumah benar-benar riuh oleh derap langkah mereka yang terburu-buru, bahkan Maria terlihat puluhan kali lebih sibuk dari biasanya. Yah, aku tahu pernikahan ini penting, tapi...
“ah, Sebastian, kau akan berada di rumah selama 3 hari, ibu dan yang lain akan pergi ke pernikahan sepupu Jones, kau di rumah saja dan jaga Roselle bersama Maria ya?” pinta ibu kepadaku, wajahnya terlihat senang.
aku hanya mengangguk mengiyakan.
“hey, Michelle, apakah kau sudah siap? Kita akan segera berangkat, aku akan menunggu di mobil” itu ayah, dia sepertinya sangat mementingkan perjalanan ini. Alasan kenapa pernikahan sepupu Jones sangat penting adalah karena dia menikahi seorang putri dari seorang kaisar terpandang di Jepang, jadi adat dan kehormatan keluarga sangat dibutuhkan di sini. Kalau aku dan Roselle ikut, aku hanya akan membuat masalah di sana.
“baiklah, Romeo. Nah, Sebastian, tolong jaga Roselle ya, berjanjilah untuk berada di dekatnya, ibu dan ayah tidak akan lama” ibu menjawab panggilan ayah dan kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku, ia meminta dengan raut wajah yang sulit kuartikan. Tapi aku berjanji, akan menjaga Roselle.
“tapi..., kenapa harus malam-malam seperti ini?” tanyaku polos.
“acaranya akan di mulai besok, jadi kami harus segera sampai di sana. Karena ayah sudah memesan tiket pesawat, jadi kami harus segera berangkat”
“ooh, baiklah”
Dan begitulah, ibu, ayah, kakek, dan yang lain pergi. Hanya aku, Roselle, dan Maria yang berada di rumah. Aku mengantar mereka sampai di ambang pintu, Roselle digendong oleh Maria, tetapi dia tidaklah menangis, entah apa yang dipikirkannya saat itu.
Malam itu, waktu menjadi berjalan lambat, sudah 2 jam semenjak kepergian ibu dan yang lain, aku tiba-tiba mendapat firasat buruk, entahlah ini benar atau tidak, tapi selain itu, aku merasa langit mengetahui sesuatu. Mereka mendung dan suram. Awan-awan hitam menutupi bulan dan bintang yang seharusnya bersinar terang malam ini.
Jam antik keluarga Hazael di ruang tengah itu menunjukkan pukul 9 malam, dan hujan mulai turun diluar sana, meskipun hanya berupa rintik-rintik gerimis. Aku masih duduk di sofa empuk ruang tengah, dan saat itu bel berbunyi. Seseorang bertamu malam-malam seperti ini di kediaman Hazael? Ada hal penting apa?
Maria berjalan ke arah pintu kemudian membukanya, terlihat samar olehku sosok beberapa orang pria dengan jas hujan hitam. Aku mendekat kepada mereka setelah terlebih dahulu berbicara sejenak dengan Maria, tetapi kemudian maria memelukku, lalu tangisnya pecah sambil meneriakkan nama ayah dan ibu. Ada apa ini sebenarnya?
“maaf, tuan. Kami hanya mampu memberikan kabar seputar hal ini. Tuan dan nyonya Hazael beserta keluarga yang lain mendapat kecelakaan. Pesawat yang mereka tumpangi ke perancis dihantam oleh badai. Permisi” ucap salah seorang pria berjas hujan itu kemudian pergi.
aku memandang Maria masih dengan ekspresi heran “Maria, ada apa?” tanyaku. Perlahan Maria balik menatapku, air mata masih terlihat deras mengalir di matanya, membanjiri kelopaknya dan membuat Azure yang menghiasi maniknya nampak redup.
“hiks..., tu-tuan muda..., tolong jangan sedih. Tuan dan nyonya telah berada di sisi tuhan sekarang. Hiks..., maaf membuat tuan harus memahami hal seperti ini” jawab Maria sambil terisak.
aku tidak perlu waktu lama untuk mencerna perkataan Maria barusan, karna aku sudah tahu, orang-orang yang mencintaiku..., mereka..., telah direnggut oleh tuhan. Aku tahu sesuatu itu akan terjadi, tetapi aku tidak tahu hal seperti inilah yang menantiku. Tangisanku pecah seketika, rasanya..., seperti semua menghilang, tidak tersisa satupun, bahagia itu semua dihancurkan oleh rasa sakit oleh kematian.
***FLASH BACK: end**
Dan dari sanalah, dari kesakitan dan kehilangan itulah, entah kenapa perasaan cinta dan kasih sayang yang kumiliki kepada orang lain musnah. Berbagai tim penyelamat telah kami kerahkan untuk mencari jasad keluargaku, tapi hasilnya nihil, tidak ada satupun dari mereka yang ditemukan, tidak jasad ibu, ayah, kakek, atau kerabat lain, dan semua itu membuatku terpukul dan tidak bisa merasakan apapun. Hanya Roselle yang masih kurasa kusayangi. Aku tidak mampu menjalani hubungan kekasih dengan seorang gadis karena aku akan segera merasakan hal yang tidak kusukai. Aku menjalin hubungan-hubungan itu agar setidaknya aku bisa menjalani kembali hidupku yang dulu, dan berhenti membuat Roselle khawatir padaku. Tetapi selama ini, gadis-gadis itu tidak pernah bisa membuatku menyukai mereka bahkan sejak pertama aku melihat mereka. Tetapi Lucy..., dia berbeda. Ada apa dengannya? Lalu apakah aku akan membuatnya menjadi yang terakhir? Tapi jika aku menyukainya, maka iapun takkan bisa bersamaku. Ini kutukan.

###-***

Malam semakin larut, gelap, kelam, suram. Hanya itu yang tersisa, tidak cahaya, tidak terang, tidak pula cerah. Tidak ada yang tersisa dari itu semua saat ini. Jeritan hewan malam memekik telinga, bulan tidak dapat menunjukkan jalan dibawah tuntunan cahaya silvernya akibat terhalangi oleh arakan awan yang berpendar menutup langit. Tetapi meski dalam kegelapan itu, masih ada yang mampu berjalan di dalamnya. Tatapan mata itu, tajam. Seringaian sang satan. Bahkan tanpa melihatnyapun, orang akan sangat ketakutan. Sepasang sayap hitam, kelam, dan gelap, seperti malam ini atau malam-malam sebelumnya.
“aku...mencintaimu...”
Sebastian terbangun dari tidurnya dengan ekspresi yang menggambarkan ketakutan, peluh mengucur deras di wajahnya, napasnya tersengal-sengal bagai seorang pelari marathon yang usai menempuh jarak lari terjauh. Pandangannya begitu sarat oleh ketakutan dan kengerian. Tubuhnya bergetar hebat. Kemudian, dengan kedua telapak tangannya Sebastian menutupi wajahnya.
“huh...huh..., mimpi itu lagi...” gumamnya. Ia kemudian menatap jam dinding di kamarnya, angka-angka yang ditunjuk oleh jarum-jarum jam itu menunjukkan pukul 2 pagi.
Setelah berhasil mengumpulkan semua nyawanya, sebastian bangkit dari tempatnya sekarang. Ia beranjak hendak ke dapur. Tetapi ketika kakinya hendak melangkah menuruni tangga, angin dingin dari balkon yang menyusup masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka menarik perhatian Sebastian. Korden merah marun melambai-lambai tertiup angin malam, bagai memanggil Sebastian mendekat. Seperti tersihir, langkah kaki Sebastian terus mendekati balkon tersebut. Sampai ia berhenti di hadapan malam.
Sebastian terkejut, matanya agak melebar sehingga membuat onyxnya hampir terlihat seutuhnya. Sebuah sosok asing nampak bertengger di lantai balkon itu, menghadap sang malam sembari tangannya menggenggam pagar pembatas balkon tersebut.
“dia.., siapa?” hanya gumaman seperti itu yang terbisik dari bibirnya. Surai hitam legam tertiup angin, sebuah dress hitam senada dengan rambutnya dikenakan oleh wanita itu, dan tubuh elok yang didambakan oleh semua wanita di dunia. Dia sempurna bagi kebanyakan pria, entahlah dengan Sebastian.
“menikmati malam anda, Tuan Hazael?” sahut wanita itu. Ia berbalik. Wajah putih pucat nan mulus tanpa celah, bak porcelain yang tak bernilai harganya. Leher jenjang yang terekspos, dada yang proporsional, sangat menarik bagi kau pria. Tetapi mata itu, mata dengan manik merah yang menggambarkan kesengsaraan dan kepedihan.
“kau..., mata itu...” Sebastian bergeming, tubuhnya bergetar, matanya kembali membulat menyadari sosok yang ada dihadapannya. Wanita itu tersenyum, lalu memandang Sebastian dengan lembut.
“eeh..., tuan Hazael. Kau menyadarinya” ucap wanita itu sambil masih menatap Sebastian. Senyum manis merekah di bibir marunnya. “aku adalah orang yang sama. Dalam mimpimu, yang datang dengan kelam bersama kegelapan yang hitam. Aku berseru atas rasa cinta di telingamu, mengatakan kejujuran. Tetapi utusan dan budak-budak tuhan melarangku atas nama-Nya, membuatku merasakan sakit yang teramat sangat... tapi cintaku..., sungguh” nada suara itu terdengar menyendu.
“jadi kau..., iblis?” bibir Sebastian bergetar saat mengucapkannya.
sedetik kemudian, wanita yang ternyata adalah iblis itu telah berada didepan Sebastian. Tuan mudah Hazael itu bergeming, kaki-kakinya terlalu berat untuk diangkat, sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya di dalam mimpi itu.
“apa..., yang kau inginkan?” Sebastian dapat merasakan napas wanita itu di lehernya.
“cintamu, Sebastian Hazael. Aku menginginkanmu” ucap wanita itu seductive lalu mencium pelan dagu bangsawan Hazael itu. Sebastian hanya mampu terkejut menanggapi hal tersebut.
“ta-tapi..., kau, iblis tidak merasakan cinta? Iblis hanya punya hawa nafsu benar kan?” desis Sebastian di sela keterkejutannya.
“hmm? Lalu apakah kau juga iblis?” iblis itu kembali bertanya.
“a-apa maksudmu? Aku ini tentu seorang manusia!” jawab Sebastian.
“tapi kau tidak bisa merasakan cinta kan, Hazael Sebastian?”
Sebastian tertegun, ia tau hal itu pasti. Ingin rasanya ia menyahut dan membantah soal hal itu dengan menceritakan soal Lucy, tapi ia undurkan niatnya itu karna ia yakin bahwa perasaannya itu belumlah pasti.
“aku...”
“kami pada dasarnya sama dengan kalian. Kau tau? Sebelum Azazel menggoda Adam dan Hawa memakan buah terlarang di surga, kalian seharusnya tinggal dan beranak pianak di surga, dan kalianpun tidak merasakan hal semacam cinta, sama seperti malaikat” Wanita itu melepas kontaknya dengan Sebastian, kemudian membelakanginya. “ketika Adam dan istrinya yang diagungkan itu memakan buah terlarang itu, sesuatu yang disebut perasaan dan nafsu muncul pada diri mereka, membuat kalian seperti ini. Itulah mengapa kalian bisa merasakan hal seperti cinta dan kasih sayang. Azazel pernah mencicipi buah itu, dan tuhan membiarkannya. Pohon itu selalu berbuah setiap saat, tidak pernah kering karena di akarnya, mengalir berbagai hulu dari semua sungai-sungai yang berkilauan di dalam surga. kemudian diantara kami yang tergoda akan buah itupun mengambil dan memakannya, tetapi tuhan dan hanya diri-Nyalah yang tahu semua yang kami lakukan dan apa yang akan kami akibatkan berikutnya. Kami menjadi memiliki perasaan seperti kalian. Adapun malaikat yang telah diangkat oleh tuhan di sisinya tidak diperbolehkan untuk menggigit maupun mencium aroma dari buah itu, karena tuhan mengutuk yang mencicipinya dan tidak akan pernah membiarkan siapapun yang memakan buah itu untuk mendapat berkat darinya tinggal di dalam surga” jelas wanita itu panjang lebar sambil kembali membayangkan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Sementara Sebastian, ia hanya mampu tertegun atas kisah itu.
“jadi..., kau adalah salah satu yang menggigit buah itu?” tanya Sebastiaan lagi.
“aku melakukannya.”
“lalu..., kenapa kau baru memperlihatkan dirimu sekarang?” tanya Sebastian.
“aku punya alasan yang takkan ingin kau ketahui sebastian”
wanita itu kembali menatap Sebastian, kali ini pandangannya menjadi lebih sendu dari sebelumnya.
“maaf, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku, Freya Luc (Luc= cahaya *latin*)” ucap Wanita tersebut.
“aku tidak tahu harus berkata seperti apa”
“kita akan bersenang-senang...” wanita yang bernama Freya itu langsung berhambur memeluk Sebastian, sementara sang tuan muda yang terkejut hanya mampu pasrah dan terdorong ke belakang. Freya menindihnya.
“he-hey, apa-apaan ini?”
“wajahmu memerah Sebastian” desis Freya dan segera merapatkan dadanya ke dada Sebastian. Dada yg bagus -_- #plakk
Tetapi Sebastian tahu apa yang akan terjadi jika dia tetap di sini, lagipula matahari hampir muncul. Dengan segera pula Sebastian menjauhkan tubuh Freya kemudian berdiri dengan gugup.
“i-ini sudah pagi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya” elak Sebastian. Freya hanya menyeringai.
“hmm? Kau gugup tuan muda? Baiklah, sampai jumpa besok malam” setelah mengucapkan itu, sosok Freya melebur menjadi debu dan menghilang, menyisakan kesunyian pagi. Dada Sebastian berdegub kencang, entah apa yang terjadi. Setelah itu, Sebastian kembali ke kamarnya, ia memutuskan untuk tidak tidur karena ia memilih untuk bersiap-siap ke sekolah.
sementara itu, tanpa diketahui oleh siapapun, sebuah kegelapan mengintai dari luar rumah besar tersebut, sebuah sosok di dalam sana menyeringai.
“menarik...” ucap sosok itu kemudian menghilang bersama kegelapannya.
Pagi itu pula semua berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa. Hanya Roselle, dan Maria. Makan dalam kesunyian.

###

Di sekolah, keadaan sama sekali tidak berubah bagiku. Huuuh..., padahal beberapa menit yang lalu aku berharap bahwa aku akan mendapat sesuatu yang berbeda. Ini sudah jam istirahat, tapi jiwaku sama sekali tidak ada nafsu untuk pergi ke manapun. Kepalaku sibuk berputar-putar dalam pikiranku tentang Freya dan Lucy. Seorang iblis, dan seorang manusia. Apa yang bisa kulakukan? Aku hanya merasa terpesona oleh mereka. Apakah perlahan hidupku akan berubah?
“oi, Sebastian? Kau melamun lagi?” seseorang menyahutiku, aku cukup menghafal suara itu sehingga tidak butuh waktu untukku mengenali siapa itu. Yah, siapa lagi kalau bukan Michael.
“aah..., tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu”
“itu namanya melamun” ucapnya datar.
“hey..., kurasa, aku sudah bisa merasakan perasaan itu” jujurku.
segera mungkin ekspresi wajah itu berubah, Michael benar-benar terkejut.
“a-apa? Be-benarkah? Siapa orangnya?” tanyanya bertubi-tubi.
“ya, dan ya. Seseorang yang menurutku menarik” jawabku enteng.
“haah? A-apa jangan-jangan kau menyukaiku??!!” cetusnya dengan wajah bodohnya yang sungguh terlewat batas. Akhirnya, sebuah buku tata krama setebal 5 cm mendarat dengan mulus di kepala jabriknya itu.
“memangngnya siapa yang menyukaimu, bodoh” ucapku dengan aura hitam yang berkilauan.
“ugh, ba-baiklah. Jadi..., siapa yang akhirnya bisa membuatmu err..., normal? Kembali?”
“hh..., akupun tidak tahu. Aku mengenalnya kemarin, di sebuah taman yang sering kukunjungi bersama ibu dulu. Dia asing..., tetapi, sesuatu yang ada padanya membuatku merasa familiar, tapi entahlah itu apa.” Jawabku.
“oh..., pandangan pertama” dengus Michael, aku menatapnya risih.
“ah..., sebentar kita berangkat jam berapa?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“kita akan pergi sore. Aku sudah mengatakan pada ayah untuk memakai jetnya saja. Lagipula kita takkan lama di sana. Aku juga sudah mengetahui tempat pamanmu tinggal.” Jawab Michael. Aku agak lega mendengarnya.
“semoga paman Jonathan mau menerima kita” gumamku namun sepertinya cukup keras sehingga Michael mendengarnya.
“loh, kenapa? Apa dia kolot?”
“yaah, begitulah” dan pembicaraan ini berakhir dengan Michael yang hanya ber’oh’ ria.

###-***

Sebastian dan Michael telah menyepakati untuk berangkat pada pukul 4 sore, cuaca hari inipun cerah. Setelah mempersiapkan keberangkatan mereka, dengan menggunakan sebuah pesawat Jet pribadi milik keluarga Hongo, kedua pemuda tampan, kaya raya nan populer juga cerdas itupun berangkat menuju perancis untuk mencari kejelasan atas semua yang terjadi pada Sebastian.
3 jam mereka habiskan untuk menuju tempat tinggal Jonathan Hazael di Perancis. Karena Jonathan tinggal di sebuah tempat yang cukup terpencil dari kota besar namun dengan ukuran rumah yang tidak bisa dibilang sederhana, pendaratan menggunakan jet itu tidaklah sulit dilakukan. Seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah besar di depan lapangan tempat Sebastian dan Michael memarkir jet mereka. Sebastian mengenali sosok itu sejak 8 tahun yang lalu.
“paman..., Jonathan” desis sebastian saat melihat pria itu. Mereka berdua menghampiri Jonathan. Terlihat dari raut wajahnya, Jonathan nampak tidak senang melihat kehadiran mereka.
“maaf  kami datang mendadak paman. Aku ingin mengabarimu tentang ini, tetapi aku sama sekali tidak tahu bagaimana caranya.” Ucap Sebastian mencoba mengabari pamannya.
“ada apa?” tanya Jonathan sinis.
“aku..., ingin meminta bantuan paman...” diam sesaat. Angin sepoi-sepoi berhembus perlahan, menyibak surai hitam sang paman, juga Sebastian dan Michael.
“pulanglah!” jawab pria itu tanpa perasaan kemudian berbalik hendak memasuki kembali kediamannya. Sebastian hanya terpaku mendapat jawaban itu.
“tu-tunggu paman!” sergah Sebastian dan sepertinya sukses, Jonathan berhenti. “tolonglah paman. Aku sedang terlibat masalah dari seorang pendahulu dalam keluarga kita. Jika aku tidak bisa mendapat kejelasan untuk semua ini, maka hidupku takkan pernah tenang. Tolonglah, hanya paman yang bisa membantuku” ucap Sebastian sambil memohon. Michael yang melihatnya merasa sangat iba.
“aku bukan lagi seorang Hazael. Kakekmu, Francoise Hazael membuangku dengan semua kutukan ini” sahut Jonathan masih membelakangi mereka.
“kutukan?”
“aku tahu masalah apa yang menyertaimu, Sebastian. Aku dulu berkorban demi mereka. Tetapi semua itu sia-sia”
“maksudnya?”
“sepertinya memang harus kujelaskan. Masuklah” setelah menghela napas yang lumayan ringan, Jonathan akhirnya membiarkan Sebastian dan Michael masuk ke dalam rumahnya, atau lebih tepatnya istananya.
Mereka segera duduk dengan santai di atas sofa empuk yang telah berjejer rapih di ruang tamu sang pria tua itu. Michael memperkenalkan dirinya dan duduk bersama Sebastian sementara Jonathan duduk berseberangan dengan mereka.
“jadi..., pengorbanan apa yang paman maksud?” tanya sebastian to the point.
“aku hanya akan menceritakannya sekali nak, sebenarnya aku dilarang oleh kakekmu untuk menceritakan ini kepada keturunan kami selanjutnya. Tetapi aku tahu, itu semua hanya akan membawa kutukan bagi keluarga besar Hazael.”
“kutukan seperti apa paman?”
“semua berawal semenjak keluarga besar Hazael dipimpin oleh Fernandes Hazael VI. Dia adalah kakek Francoise, kakekmu. Ketika masa perang dunia II, keluarga Hazael mengalami krisis moneter dan finansial yang sangat berat dan panjang. Saat itu, semua saham yang dimiliki oleh keluarga utama habis dijual untuk memenuhi kebutuhan perang dan politik. Fernandes Hazael VI jatuh sakit, ia tidak mampu memikirkan persoalan yang akan menimpa keluarga utama. Lalu putra sulung Fernandes VI yang bernama Barnabas Hazael yang merasa sangat iba akan kondisi keluarganya, melakukan perbuatan gila”
“perbuatan gila?” desis Michael.
“Barnabas membuat kontrak dengan satan”
DEG...
satan? Apa itu benar? Apa yang terjadi sebenarnya dalam keluarga ini?
“Satan membantu Barnabas memperbaiki kondisi kehidupan keluarga utama dengan jaminan nyawanya tanpa sepengetahuan satupun anggota keluarga utama, termasuk Fernandes VI. Tetapi ketika hari dimana Barnabas hendak menyerahkan jiwanya, sesuatu terjadi”
“lalu? Bukankah hal itu hannya akan menimpa Barnabas? Bukankah itu adalah isi kontraknya?” sahut Michael.
“hmm..., kau cukup pandai tuan Hongo. Tapi iblis adalah iblis. Perjanjian darah adalah hal yang kerap dilakukan oleh seseorang yang hendak membuat kontrak dengan iblis. Tetapi mengenai isi kontraknya, hanya iblis yang tahu.”
Mata Sebastian melebar, sepertinya ia tahu apa yang terjadi di sini. Tapi biarkan Jonathan menyelesaikan kisahnya.
“Satan memanipulasi isi kontraknya dengan tidak memberitahukannya kepada Barnabas. Dan ketika jiwa Barnabas hendak diambilnya, ia tahu banyak mata menyaksikan itu. Lalu Satan berkata bahwa ia mengutuk silsilah keluarga ini. Setiap anak yang lahir dari keturunan utama akan menanggung beban selayaknya ayah daripadanya, dan dosa-dosa mereka akan berlanjut hingga kutukan itu terhapus.”
“kutukan seperti apa itu?”
“Satan mengutuk silsilah keluarga utama agar menyerupai sepertinya. Tidak memiliki perasaan, cinta, ataupun kasih sayang sehingga keturunan utama takkan mendapat pewaris yang murni, dan jiwa darinyalah yang akan terus menjadi pemuas nafsu sang Satan. Ini adalah kontrak berantai yang menjadi kesalahan Barnabas. Kakek Francoise adalah putra barnabas, putra tunggal. Ia menjadi korban kutukan dan kontrak itu.”
“eh? Ta-tapi, bukankah ia menikahi nenek Gracia?” sahut Sebastian.
“nenek Gracia adalah orang yang dipilih oleh kakek Francoise untuk menghaslkan keturunan utama. Karena meskipun dengan kutukan ini, keluarga kita harus tetap bertahan dan berlanjut. Ayahmu adalah putra pertama kakek Francoise, dan seharusnya dialah yang menjadi korban kontrak itu.” Jelas Jonathan.
“lalu..., apakah ayah dan ibu menikah hanya karena...”
“tidak..., aku, sangat menyayangi keluarga ini sama seperti aku menyayangi ayahmu, Romeo. Aku tidak ingin menyaksikan keluarga utama menderita lebih jauh lagi. Jadi, aku melanggar kontrak itu dan menyerahkan tanggung jawab keluarga utama kepadaku. Aku tidak memberitahu siapapun tentang itu sampai semuanya berhasil.”
“lalu?” tanya Sebastian penasaran. Wajah Jonathan menyendu, seperti sesuatu mengganggunya dalam kesedihan.
“aku berhasil, kutukan Romeo berpindah kepadaku, dan hingga ia menikah dengan Michelle, aku tetap tidak dapat merasakan cinta seperti dia. Tetapi layaknya Barnabas, akupun melakukan kesalahan. Satan tidak mengampuni dosa anak setelah ayahnya. Terkecuali ayahnya yang menanggung dosa itu sebelum sang anak memintanya. Jadi, kutukan itu berpindah, tetapi tidak dengan konsuensi kontraknya. Lebih parah lagi, Satan mengambil semuanya. Ia serakah dan tamak akan jiwa. Kemudian di malam itu, ketika semua anggota keluarga utama menuju ke Perancis untuk menghadiri pernikahan sepupu Jones, Satan mencelakakan mereka sehingga mereka pergi bersamanya.”
“lalu kenapa mereka meninggalkanku?” tanya Sebastian mulai marah.
“seperti yang kukatakan tadi, keluarga utama perlu penerus. Jadi, kurasa Romeo dan Michelle sudah mengetahui keadaannya dan tetap melanjutkan kontrak itu”
“me-mereka..., melakukannya demi kontrak itu? Kupikir selama ini, Tuhan menyelamatkan mereka atas sang iblis dan membuat mereka selamat dari perbudakan?”
“iblis itu adalah ladang tipu daya. Kau tidak bisa mempercayai mereka ketika mereka menyeringai ke arahmu.” Jawab Jonathan.
“lalu..., paman, apa yang harus kulakukan?”
“kontrak itu terhapus oleh pengorbanan, hal yang murni. Cinta dan kasih sayang dari seorang pemilik kontrak. Hanya itu yang dapat menyelamatkan keluarga utama”
“maksudmu, jika aku mengorbankan cinta pertamaku, semua akan selesai? Itu tidak mungkin!”
“itu memang hal yang mustahil. Mengingat bahwa kau tidak bisa merasakan hal seperti itu” desis Jonathan.
“tapi..., aku baru merasakan hal seperti itu?”
“apa maksudmu?!”
“sepertinya aku menyukai seseorang”
Jonathan terlihat terkejut. Ia terbengong ‘apa mungkin karen beberapa keturunan, efek kutukannya menjadi berkurang?’ pikir Jonathan.
“kalau begitu..., kau bisa menghentikan kutukan ini. Bagaimana bisa?” tanya Jonathan.
“aku melihat gadis itu di taman kemarin. Dan aku merasa terpana olehnya. Tapi bahaimana aku bisa mengorbankannya?”
“pulanglah, temui gadis itu! Amankan dia sebelum Satan mengambilnya!”
“apa maksudnya?” sahut Michael.
“Satan, ah tidak, tapi Lucyfer, akan mengambil dan menghancurkan apapun yang menghalanginya. Pulanglah! Dan kembalikan nama keluarga Kita...” ucap Jonathan, di wajahnya tergaris sebuah senyuman hangat. Hal itu mendorong Sebastian untuk segera menyelesaikan semua ini, penderitaan keluarganya, dan dirinya. Tetapi tanpa mengorbankan siapapun.
mengetahui hal apa yang akan mereka dapati, Sebastian dan Michael segera pulang ke kota mereka. Saat itu pula, sebuah firasat buruk hinggap di lubuk hati Sebastian, ia terus menerus membayangkan Lucy.
“Sebastian, di mana tempat tinggal Lucy?” tanya Michael.
“a-aku tidak tahu. Ketika aku menemuinya aku tidak sempat menanyakan alamatnya.”
“keh, kecerobohan besar seorang bangsawan” gerutu Michael yang hanya ditanggapi oleh desisan seorang Hazael. “lalu bagaimana kita mencarinya?”
“Lucy bilang dia dan ayahnya merawat Taman di Marry Avenue sejak dulu, tapi aku tidak pernah melihatnya sejak aku kesana bertahun-tahun yang lalu. Kita mungkin bisa mulai mencarinya di sana” jawab Sebastian yang kemudian ditanggapi oleh anggukan Michael.
“Paul, bisakah kau gunakan tenaga ultra nuklir Lv.2? kita harus sampai di sana secepat mungkin, ini sudah jam 8 malam” sahut Michael pada pengemudi jetnya.
“siap tuan”
Kemudian dengan tenaga turbo nuklir mereka melaju dengan jet tersebut menuju kediaman Sebastian.

###

Kami sampai di rumahku setelah beberapa jam terbang dari Perancis menggunakan jet itu. Sesegera mungkin kami-aku-dan-Michael memakai Limosin dan pergi ke taman di ujung jalan Marry Avenue. Aku berharap bebungaan di sana masih bermekaran meskipun sekarang hujan sudah tak terelakkan lagi. Malam ini, pukul 9 aku dan Michael menuju taman itu, berharap apa yang ingin kami lindungi tidak apa-apa. Kami menghabiskan waktu 15 menit untuk sampai ke taman itu karena jarak yang agak jauh dari rumahku.
sesampaiku di sana, aku terkejut, benar-benar terkejut, sesuatu yang buruk terjadi. Bebungaan itu, pot-pot hiasan itu, hancur berantakan. Taman ini tadinya sangatlah indah dengan hamparan variasi bebungaan, kini semuanya hancur. Tapi hal yang paling menyakitkan adalah melihat sosok yang kemarin membuatku terpesona itu, kini terbaring tak sadarkan diri di atas tumpukan bebungaan yang dirawatnya. Aku kini tak memperdulikan hujan yang mengguyur lagi, kulepaskan payung hitam yang kugenggam lalu berlari mendekati sosok tersebut, aku terkejut, tubuhku bergetar, hatiku terasa remuk. Wajah itu, sangat damai. Sesuatu merobek dadanya, menembus pakaian hangatnya dan menyebabkan darah mengucur sedemikian banyaknya sehingga membuat White Rose dan Jasmine yang menjadi alas tubuhnya memerah.
“Lu-Lucy?” panggilku. Ia tak menyahut, matanya benar-benar terpejam. Aku terduduk di dekat jasadnya yang telah membeku oleh suhu. Kurangkul kepalanya dan kubawa ke pangkuanku. “Lu-Lucy? Apa..., yang terjadi?” tanyaku berusaha dan berharap agar dia membuka matanya. Tetapi tidak.
“kita sudah terlambat...” sahut Michael sambil menatapku miris.
“ta-tapi.., bagaimana bisa?”
“semuaa itu bisa terjadi karena cinta, Sebastian”suara yang familiar menyahut di taman itu, mengusik kedukaanku. Aku mengedarkan pandangan mencari sosoknya. Lalu berhenti pada sebuah sosok wanita yang berdiri dengan dress hitamnya di bawah naungan pohon Cherry. Gaun itu, sosok itu. Sama seperti malam waktu itu. Iblis itu mengangkat kepalanya, ia menyeringai, matanya berkilat menunjukkan Iris merah semerah darah yang sama seperti malam itu.
“ka-kau!!!” geramku, aku merasa amarahku telah sampai pada batasnya. Entah kenapa, rasanya Lucy sangatlah berharga bagiku.
“kau merasa sakit? Aku bisa mengakhirinya. Karena ini hanyalah PERMULAAN!!”
Sayap iblis itu direntangkannya, kemudian kegelapan menyelimuti taman itu, dan dapat kurasakan. Diriku..., tenggelam dalam suramnya kegelapan..., seperti mimpi-mimpi itu.
Sang IBLIS...




##TBC##

For last chapter, judulnya adalah BLACK STORY: THE ENDING...
kuharap ini bagus. Tapi meskipun tidak, chapter terakhir harus tetap di upload
ARIGATOU GOZAIMASU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar