Rabu, 12 Februari 2014

JUMPING

Cast: JUMP (all member)

Rating: Teen

Genre: Romance,Friendly

#####

aku berlari menembus kelebatan salju, malam itu terasa begitu dingin bersamaan dengan semakin kencangnya angin bertiup, angin dingin yang terasa menusuk tulang itu menembus jaket hangatku, kurasakan sedikit demi sedikit buku buku jariku memutih. Tapi aku masih tak berhenti, kulirik jam tanganku, benda kecil yang melingkari pergelanganku itu menunjukkan pukul 22:30, aku seharusnya telah berada di suatu tempat 2 jam yang lalu.
Meski aura dingin salju tak kunjung mereda, aku tak menghentikan lariku, aku seharusnya berada di sana sekarang, memeluknya dengan hangat. aku kembali melirik jam tanganku, sudah pukul 22:42, aku sudah berlari selama 12 menit. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling, berharap menemukan sosok yang kuberi janji malam ini di sekitar jalanan atau trotoar, tapi hasilnya nihil. Aku merutuki diriku sendiri ketika tidak mengangkat telfon darinya, atau menbalas e-mailnya tadi karna terlalu sibuk menyiapkan semuanya.
Setelah lama berlarian, akhirnya aku sampai di tempat itu. aku Kaget, tidak, aku shok. Aku tidak menyangka dia masih berada di sana. Perlahan sosok itu menolehkan wajahnya menghadapku, bibir meronanya kini terlihat membiru pucat akibat dinginnya cuaca. Segera kuhampiri sosok yg mulai membeku itu, kupeluk erat2 agar dia sedikit merasa hangat. Baju hangatnya terasa dingin, kubersihkan sedikit salju yg masih berserakan di kepalanya.
"Kau ini, kenapa kau tidak pulang?" Tukasku. Dia hanya tersenyum, senyum manis yang pucat.
"aku menunggumu. Seharusnya kita berkencan malam ini, kau berjanji kan?" ucapnya setengah merengek.
"Iya, tapi tidak seperti ini. Aku lebih suka melihatmu pulang sekarang dan terbenam di selimutmu dalam hangat. Jangan membuatku khawatir"
"uh, siapa suruh kau lama? Aku tidak mau melewatkan kencanku"
"maafkan aku, maaf karna tak mengangkat telfonmu, maaf karna tak membalas e-mailmu, maaf karna membuatmu menunggu begitu lama, maaf karna membuatmu kedinginan, aku..., takkan membiarkan ini terjadi lagi, aku berjanji akan menjagamu dan menghangatkanmu"
"hmm..., yah, aku percaya. Kau takkan setega itu" ucapnya sambil terkikik "aku tak ingin melewatkan kencanku di..."
"ya ya, aku tau. kau sudah mengatakannya berulang kali." ucapku memotong perkataan makhluk manis itu "baiklah, karna sudah membuatmu seperti ini, akan kutebus dosaku. ayo, kita ke suatu tempat" ucapku, kulepaskan pelukanku lalu kugenggam erat tangan mulusnya, menyalurkan sejumlah kehangatan dari sana agar dia agaknya merasa sedikit nyaman dan membawanya ke suatu tempat. Aku merasa bahagia memilikinya, dan menurutku, aku adalah orang paling beruntung karna mendapatkan kekasih sepertinya. Kami-sama memang adil.
aku mendongak, menatap salju yg sedang turun, rasanya hempasan angin menjadi seikit melembut sekarang.
Salju yang bertebaran di langit, nampak begitu berkilau saat kulihat. Wahjah tersenyum miliknya begitu manis.Kueratkan genggaman tanganku, setiap kali aku mengetahui sesuatu yang baru tentangnya, aku merasa senang,merasa hangat seperti kado-kado yang diberikannyam derbuka satu demi satu. Waktu tidak berlalu begitu saja, tetapi waktu juga berjatuhan,seperti kumpulan salju ini.
Aku memalingkan pandanganku, berhenti menatap salju yg bertebaran, memfokuskan kedua mataku pada sosok bidadari yang berada di sampingku. Dia sangat berharga bagiku, karna itu,aku akan selalu memeluknya. aku akan membawanya menuju mimpi yang sama. Perasaan ini, takkan pernah berubah.
"hey, apa kau masih ingat saat pertama kita bertemu?" tanyaku padanya, Ia menoleh padaku lalu berpikir sejenak.
"umm...,ya. Aku ingat. Saat itu tengah hujan..."
aku kembali mengingat saat itu, saat dimana aku berpikir takdir Kami-sama telah mempersatukan kami.

#‪#‎FLASH‬ BACK##

Saat itu,umurku sekitar 4 tahun, cuaca menjadi lebih dingin di bulan agustus. Ibu dan aku baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjenguk nenek di sana. Tapi entah kenapa,langit menggelap, arak-arakan awan hitam nampak menggantung di langit sore itu. Kadang terdengar guntur yang bergemuruh.
"Okaa-san, aku takut..." ucapku saat gemuruh guntur tersebut muncul.
"tidak apa-apa...,ini tidak akan lama. Berlindunglah,untung saja ibu membawa payung tadi,ayo" Okaa-san menarik tanganku dan masuk ke bawah naungan payung hitam itu,lalu kami berjalan pulang. Tak berapa lama kemudian,Hujan mengguyur tempat itu, aku dan Kaa-san telah berada di depan zebra cross saat hujan deras turun.
Aku menunggu, baju hangatku sedikit ku rapikan. Beberapa saat kemudian,datang seorang wanita yg umurnya mungkin seumur dengan ibuku,membawa payung hitam yang sama dan menggandeng seorang bocah yg juga seumuran denganku. Kami bersisihan, aku menatapbocah itu,lalu kemudian dia menoleh padaku. Mata kami bertemu,pandangan kami beradu. Dan sat itu,untuk pertamakalinya aku berpikir tuhan menurunkan seorang bidadari ke bumi. Matanya sangat indah, wajahnya begitu manis, aku benar2 terpana. Dia tersenyum melihatku, senyum itu, senyum yg manis,aku merasa bermimpi.
"Ayu,kita menyebrang..." Kaa-san menarik tanganku saat lampu zebra cross menunjukkan warna hijau setelah berbunyi seperti bel sekolah, hanya saja ini sekali. Aku dan dia melangkah bersamaan, kami agak terburu-buru karna hujan yang semakin deras mengguyur kota.
kami masih bertatapan hingga sama-sama telah berada di seberang jalan. tapi kami agaknya terpisah saat itu,dia dan ibunya pergi menuju sebuah kedai di dekat trotoar,sementara aku dan Kaa-san bermaksud pulang. Entah apa yg mendorongku melakukannya,Tapi tiba2 aku berhenti, membuat Kaa-san agak terkejut.
"ee...,ada apa?" tanya Kaa-san terheran.
aku mendongak menatapnya.
"Kaa-san,bisakah kita ke kedai itu?" tunjukku pada sebuah kedai di mana anak tadi singgah.
"tapi,kenapatiba2?"
"aku kedinginan,aku ingin coklat panas..." ucapku polos.
Karna merasa penting, Kaa-san akhirnya menurutiku, dan kamipun menuju Kedai tersebut. Saat masuk ke sana,mataku langsung menyapu semua deretan meja dan kursi, berharap menemukan sosok bocah itu di salah satu meja. Dan dapat, dia yg di sudut dekat jendela bersama ibunya.
"Kaa-san, aku ingin duduk di sana" ucapku lagi menunjuk kursi yg berhadapan dengan anak itu.
"aah,baiklah. Kau kesanalah dulu, ibu akan mengambilkan coklatmu'
"um" aku mengangguk dan segera menuju kursi tersebut. terlihat mereka agak terkejut, ibu anak itu melihatku dengat tatapan menggemaskan.
"waah, siapa ini? anak yg manis. kau datang bersama siapa?" tanya sang ibu. Wanita paruh baya itu tersenyum manis sekali, mirip saat anaknya tersenyum. Kurasa aku tau dari mana kecantikan itu berasal.
"aku bersama ibuku, senang bertemu dengan anda, nyonya." ucapku sopan.
"waah, anak yang sopan"
tak berapa lama. kaa-san datang sambil membawa secangkir coklat hangat di tangannya. dia duduk di hadapan ibu anak itu, mereka berkenalan dan menjadi akrab setelah Kaa-san memberikan coklat itu padaku.
Sementara itu, aku menatap bocah itu lagi, dia nampak malu2 menatapku.
"hey, namamu...siapa?" tanyaku agak malu.
Kulihat dia agak terperanjat, dia sangat manis.
"ano..., Kei, Inoo Kei. yoroshiku..." ucapnya manis.
aku memandangnya begitu intens, dalam pikiranku selalu terbayang betapa kecantikannya menggugah, tapi entahlahm dia hanya nampak berbeda dari kebanyakan orang cantik lain yg pernah kutemui.
Kami berada di dalam kedai itu hingga hujan mereda, lalu pulang ke rumah masing-masing. Aku tanpa hentinya membayangkan tentangnya selama perjalanan pulang.

##FLASH BACK END##

Kami tertawa. Kenangan itu sungguh ingatan yg lama,dan itu memang membuat kami yakin bahwa pertemuan kami adalah takdir.
"kau nampak sangat manis saat itu" ucapnya sambil tertawa.
"hah,kau hanya tak menyadari dirimu sendiri" tukasku.
"haha...., kau masih suka menggerutu!" ucap Inoo masih dengan tawa khasnya yg manis.
"baiklah,baiklah..." ucapku mengalah.
Aku menatapnya, mengingat kembali saat pandangan kami pertama kali bertemu, aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, aku tidak bisa mengungkapkannya dengan baik. Aku ingin menunjukkannya, karena mungkin untuk suatu hal, seseorang bisa lebih berkata jujur di saat dingin seperti ini. Tapi bukan maksudku untuk berlebihan, sesungguhnya aku berpikir, aku terlahir dan bertemu dengannya adalah karna takdir.
Inoo adalah orang paling berharga bagiku, sampai-sampai takkan kulepaskan, bahkan tak sedetikpun kubiarkan dia dari pandanganku, tak perduli ke mana hidup ini akan menuntun kami. Apa yg kurasakan dari cinta yg menggila ini adalah perasaan Inoo yg sesungguhnya. Aku melihat kelembutan hatinya terpancar begitu terang di matanya.
Kami masih berjalan, tempat yang kami tuju masih berjarak cukup jauh. Jalanan begitu ramai akan kendaraan. yah, malamini memang agak sedikit berbeda dari malam malam lainnya, tapi aku senang bisa melewatinya bersama Inoo.
Saat melewati perempatan di depan kami, kami bertemu 2 orang yg sangat ku kenali, sepertinya mereka juga sedang menikmati malam ini.

Tbc....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar